Jakarta – Tantangan inflasi medis masih menghantui industri asuransi kesehatan di 2025. Pasalnya, Mercer Marsh Benefits (MMB) memproyeksikan, inflasi medis naik menjadi 14,6 persen pada 2024, bahkan mencapai 19 persen pada 2025.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PertaLife Insurance Hanindio W. Hadi tak menampik inflasi medis bisa berpengaruh kepada bisnis perusahaan.
“Inflasi medis masih berpengaruh. Kita pilihin banget asuransi kesehatan itu. Makanya yang namanya klaim rasio, klaim report itu menjadi salah satu pertimbangan besar pada saat kita menerima asuransi kesehatan,” katanya, di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2024.
Baca juga : Inflasi Medis Diproyeksi Tembus 13 Persen, Ini yang Perlu Dilakukan Industri Asuransi
Diketahui, kenaikan inflasi medis tiap tahunnya memaksa perusahaan untuk mempertimbangkan penyesuaian harga. Namun, PertaLife Insurance berkomitmen akan terus melakukan peninjauan harga secara berkala pada tahun depan
“Bisa jadi berpengaruh kepada kenaikan premi. Namun, saya masih belum bisa bicara detail. Mungkin nanti dari teman-temen appointed actuary yang akan berikan pertimbangan,” jelasnya.
Meski begitu, pihaknya lebih menekankan dalam menjaga bisnis tetap berjalan. Dan di saat bersamaan perusahaan bisa menjaga seleksi risiko hingga assasment risiko.
Baca juga : Inflasi Medis Menghantui, Allianz Life Indonesia Siapkan Berbagai Langkah dan Strategi
“Sehingga pada saat kita punya target untuk perform, itu bisa menumbuhkan kepercayaan lebih kepada pemegang saham,” pungkasnya.
Diketahui, data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan, pendapatan premi asuransi kesehatan mencapai Rp 6,99 triliun. Nilai tersebut naik 32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Adapun, klaim yang dibayarkan mencapai Rp5,11 triliun atau naik 12,2 persen, dibandingkan periode sama tahun lalu. (*)
Editor: Galih Pratama