Tutum menjelaskan, realisasi pertumbuhan penjualan ritel di 2017 jauh lebih rendah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang selalu mencapai dua digit alias sekitar 10-14 persen dengan rata-rata 11 persen. Hal ini menurut dia diakibatkan karena pelemahan daya beli masyarakat.
“Ini kita tidak mengarang atau mengada-ada. Kita juga selalu membuat alert kepada pemerintah, karena kita tetap menjalankan aktivitas biasa. Kalau hanya sekadar terjadi shifting maka ya terlihat dari industri ritel kita harusnya tidak lesu, Nah ini lesu hampir semuanya,” jelas dia.
Baca juga: Bansos Bisa Jadi Solusi Tingkatkan Daya Beli
Dia juga menjelaskan, bahwa kondisi pelemahan daya beli masyarakat yang tejadi ini justru di masyarakat kelas bawah bukan di masyarakat menengah atau masyarakat atas. Karena hingga saat ini juga masyarakat menengah memang menahan spending belanjanya karena masih melihat situasi ekonomi di Indonesia.
“Kenapa kita bisa melihat masyarakat bawah yang terkena dampak penurunan daya beli, karena kita lihat mini market yang melayani kebutuhan masyarakat bawah. Semua omsetnya pada laporan keuangan turun. Ini bukti yang jelas,” tegas dia.
Namun dirinya selaku pelaku Industri Ritel tetap mendukung setiap kebijakan pemerintah. Dirinya optimis perkembangan daya beli masyarakat ke depannya dapat pulih dengan penanganan yang serius dari pemerintah. (*)
Editor: Paulus Yoga