Kendati demikian, kata dia, untuk total pembiayaan di industri multifinance nasional masih mampu tumbuh sebesar 0,36% per Juli 2016 menjadi Rp371 triliun atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu diperiode yang sama yakni sebesar Rp369 triliun.
Pelambatan ini, jelas dia, sejalan dengan kondisi bisnis di sejumlah sektor industri yang tumbuh negatif menjadi salah satu penyebabnya. Faktor utamanya adalah di sektor industri pertambangan yang melemah seiring dengan harga komoditas yang masih rendah.
“Komoditas price seperti di industri pertambangan khususnya sektor batubara turun, itu merupakan awal krisis kami yang terjadi, tapi pada saat itu orang belum merasakan, tapi ternyata malah berkelanjutan,” ucapnya.
(Baca juga : Nasib Multifinance Setelah Fee Dibatasi)
Adanya kondisi tersebut, alhasil permintaan alat berat pun turun. Hal tersebut terlihat pada pembiayaan segmen sewa guna usaha yang banyak digunakan oleh perusahaan alat berat yang turun 10,75% menjadi Rp98,9 triliun sampai Juli 2016 atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu diperiode yang sama yakni Rp110,8 triliun.
“Di sektor guna usaha itu yang paling parah, kalau kita bicara penurunan di industri multifinane ini pada penjualan alat brat dan tahun ini belum juga baik, namun mudah-mudahan dengan perbaikan batubara yang sudah mulai terlihat turn around bisa terjadi,” tutup Suwandi. (*)
Editor: Paulus Yoga