Jakarta–Bank Indonesia (BI) menilai pertumbuhan sektor industri manufaktur atau pengolahan belum sesuai harapan. Hal ini tercermin pada pertumbuhan industri tersebut yang hanya tercatat 4,21 persen dalam setahunan (year-on-year / yoy) di sepanjang kuartal satu 2017.
Padahal, porsi sektor manufaktur terhadap perekonomian Indonesia termasuk yang terbesar, yakni mencapai 20 persen. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, dengan porsi sebesar itu dan juga karakter ekonomi Indonesia yang kaya sumber daya alam, seharusnya industri manufaktur dapat tumbuh lebih tinggi, paling tidak sebesar 6 persen. “Keinginan pemerintah untuk mempermudah izin usaha di manufaktur kami harapkan dapat berbuah signifikan,” ujar Mirza.
Baca juga: Sektor Manufaktur Perlu Dukungan Swasta
Oleh karenanya, kata Mirza, laju industri manufaktur di kuartal pertama tahun ini dapat menjadi sinyal kepada pemerintah agar reformasi struktur perekonomian dapat berjalan konsisten. Di mana, laju industri manufaktur atau pengolahan di kuartal satu, jika dibandingkan kuartal empat 2016, atau di tiga bulan tahun berjalan hanya tumbuh 0,52 persen. (Bersambung ke halaman berikutnya)
Page: 1 2
Poin Penting LPS membuka peluang percepatan implementasi Program Penjaminan Polis (PPP) dari mandat 2028 menjadi… Read More
Berlakunya Program Penjaminan Polis (PPP) yang telah menjadi mandat ke LPS sesuai UU No. 4… Read More
Poin Penting BAF gelar program Serba Untung 12.12 dengan promo besar seperti diskon cicilan, cashback,… Read More
Poin Penting BNI berpartisipasi dalam NFHE 2025 untuk memperkuat literasi keuangan dan mendorong kesehatan finansial… Read More
Poin Penting BNI menggelar wondr BrightUp Cup 2025 sebagai ajang sportainment yang menggabungkan ekshibisi olahraga… Read More
Poin Penting JBS Perkasa dan REI resmi bekerja sama dalam penyediaan pintu baja Fortress untuk… Read More