Bali — Kehadiran Indonesia Pavilion sebagai wajah pembangunan dan budaya Indonesia yang digagas oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak 8 Oktober – 14 Oktober 2018, mendapat banyak perhatian dan apresiasi dari ribuan pengunjungnya yang merupakan peserta Annual Meeting Indonesia Monetery Fund – World Bank 2018.
Capaian pembangunan Indonesia yang dipamerkan dalam hall seluas lebih dari 2000 meter ini bahkan mendapat perhatian khusus dari Direktur Pelaksana Indonesia Monetery Fund (IMF) Christine Lagarde.
Dia mengaku sangat kagum dengan eksibisi produk yang terdapat di Indonesia Pavilion. Bahkan Christine Lagarde pun menyempatkan diri berinteraksi dengan pengrajin lukis kipas dan pemusik Sasando, alat musik tradisional Khas Rote, NTT. “Indonesia Pavilion sangat mengesankan,” ujar Lagarde di sela-sela kunjungannya ke Indonesia Pavilion beberapa waktu lalu.
Kesuksesan penyelenggaraan Indonesia Pavilion tercermin dari antusiasme dan apresiasi yang diutarakan para pengunjung. Sejumlah pejabat penting yang telah hadir mengunjungi dan memberikan apresiasi terhadap Indonesia Pavilion yakni: Menteri BUMN Rini Soemarno, Kepala Bekraf Triawan Munaf, Menteri Pariwisata Arif Yahya, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil, Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, hingga sejumlah pejabat World Bank dan pejabat Menteri negara peserta Annual Meeting IMF-WB.
Tak sedikit pula pengunjung yang antusias berinteraksi dengan demo live show para pengrajin Batik, Tenun, Songket, Tas Rotan, Eco Print, Suling dan Topeng Bali.
Dalam sepekan gelarannya, ribuan orang yang hilir mudik di dalam Indonesia Pavilion tampak terkesima dengan pengenalan Indonesia in Numbers yang ditampilkan lewat layar multimedia. Paparan tentang perkembangan sektor-sektor pembangunan prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo diungkap di sana.
Tidak hanya lewat tampilan multimedia, kemajuan pesat perekonomian dan pembangunan Indonesia juga ditayangkan melalui video di Mini Theater. Delegasi-delegasi 189 negara yang hadir juga terlihat tertarik dengan produk dari sektor transportasi hingga pertahanan yang ada di Indonesia Pavilion. Salah satu yang banyak disimak adalah replika pesawat CN 235 produksi PT Dirgantara Indonesia.
“Saya tertarik dengan pesawat CN 235 karena ternyata ini buatan Indonesia sendiri,” ujar salah satu delegasi Prancis, Jean-Alexandre Egea.
Pada bagian pameran wisata dan budaya, tamu-tamu Indonesia Pavilion menunjukkan ketertarikannya ketika tangan para pengrajin bermain-main penuh kreasi membuat kipas kayu, batik, topeng Bali, tenun songket, hingga tas rotan. Para pengrajin tersebut pun memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk langsung mempelajari pembuatan kerajinan tangan tersebut. Pengunjung kemudian dapat membawa pulang hasil kerajinan tangan yang mereka buat dalam workshop singkat di Indonesia Pavilion.
Di sisi lain, Indonesia Pavilion juga membuka peluang kepada pengrajin ataupun UKM untuk memasarkan langsung produk-produknya kepada para pengunjung. Produk yang ditawarkan dari UKM binaan beberapa perusahaan BUMN ini sangat beragam mulai dari produk teh, kopi, cokelat, aksesori dari perak dan mutiara dengan nilai tertinggi hingga lebih dari 20 juta, hingga compact disc kompilasi musik-musik tradisional Indonesia yang diproduksi oleh studio rekaman bersejarah Indonesia, Lokananta.
Selain menunjukkan pesatnya perkembangan Indonesia di sektor ekonomi, infrastruktur, wisata dan budaya, kekinian sektor teknologi juga dapat dirasakan langsung oleh puluhan ribu delegasi pertemuan tahunan IMF-WB yang ingin mengetahui Indonesia Pavilion secara digital melalui aplikasi PalapaONE. Aplikasi PalapaONE menyuplai segala informasi seperti denah pameran, scan barcode produk-produk yang dipamerkan di Indonesia Pavilion, informasi dan akses langsung dengan BUMN terkait, serta peluang untuk berinvestasi.
Indonesia Pavilion memberikan kemudahan bertransaksi bagi para delegasi IMF melalui aplikasi yap! (Your All Payment) yang sedang piloting interoperabilitas QR Code antara aplikasi yap! dengan aplikasi e-wallet domestik lain untuk dapat bertransaksi menggunakan aplikasinya pada QR yang terpasang di merchant yap!.
Keunikan dari aplikasi yap! adalah dapat menggunakan Kartu Debit BNI, Kartu Kredit BNI serta UnikQu (uang elektronik) sebagai sumber dana dalam bertransaksi sehingga transaksi dapat dilakukan secara non tunai (cashless) dan bahkan tanpa kartu (cardless). Selain itu sebagai bentuk konsistensi dan komitmen menerapkan cashless dan digitalisasi, seluruh produk UKM yang di jual di Indonesia Pavilion juga telah disediakan QR Code yang menyajikan informasi mengenai bahan, keunikan, harga produk dan tempat produksinya.
Pada area luar Indonesia Pavilion, tamu-tamu dari pertemuan ekonomi dunia juga terlihat terhibur dengan penampilan dari seniman-seniman yang mementaskan sendratari tradisional dan musisi-musisi yang berkolaborasi membawakan lagu-lagu daerah dari beberapa provinsi di Indonesia. (*)