Jakarta – Sebagian besar petani di seluruh dunia sudah mulai merangkul akuakultur atau budi daya perairan untuk menambah produksi ikan dalam rangka meningkatkan makanan laut. Meskipun demikian, ada negara-negara yang dikenal sebagai negara pengekspor ikan terkemuka di dunia yang merupakan produksi ikan tertinggi, salah satunya Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hasil ekspor untuk produk perikanan sebesar USD4,56 miliar pada tahun 2021, dengan sebesar 40% disumbang dari komoditas udang. Sejalan dengan data Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut, Indonesia diprediksi dapat menjadi negara akuakultur terbesar dunia.
Perusahaan aqua-tech modernisasi industri akuakultur Indonesia DELOS yang berfokus pada tambak udang pun terus mendorong Indonesia agar mampu bersaing dengan negara lain bahkan bisa menjadi salah satu negara penghasil udang bahkan makanan laut terbesar. Hal ini sejalan dengan Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis dan memiliki garis pantai sepanjang 54.000km.
“Seharusnya secara teoritis, indonesia bisa menjadi salah satu negara penghasil udang terbesar atau bahkan plus seafood dan lain lain yang terbesar, sehingga perindustrian udang kita bisa jadi top nomer 1, bukan top 3 atau 4,” ujar CEO Delos, Guntur Mallarangeng, di Jakarta, Selasa, 21 Juni 2022.
Ua menambahkan bahwa hal tersebut masih belum terwujud oleh Indonesia karena Indonesia masih memiliki permasalahan dalam produktivitas. Sehingga yang dibutuhkan Indonesia bukan hanya peningkatan produktivitas tetapi juga produktivitas yang stabil.Oleh karena itu, DELOS memiliki 3 pilar utama yaitu sains, operations, dan teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas tambak udang dengan hasil di atas rata-rata atau mendekati 40 ton/ha.
Dari ketiga pilar tersebut, DELOS berupaya untuk meningkatkan pengalaman, jaringan, IP-nya, serta manajemen tambak yang lengkap dan dikembangkan secara internal untuk meningkatkan kapasitas produktif hasil tambak udang Indonesia sebesar 50-150%. (*) Khoirifa