Jakarta – Ekonom Senior INDEF, Aviliani, memprediksi inflasi Indonesia di tahun depan masih berada dikisaran 6-7%. Meski begitu, tingkat inflasi yang masih relatif tinggi tersebut masih mampu diantisipasi, dimulai dari stabilitas harga pangan melalui kebijakan insentif daerah.
“Saya melihat inflasi tahun depan bisa di bawah 7% tetapi masih 6%, karena kemandirian pangan akan tumbuh dari masyarakat secara grassroot dan yang kedua secara konglomerasi sekarang sudah mulai main di pangan,” ucap Aviliani dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2023 di Jakarta, 5 Desember 2022.
Kemudian, ia menjelaskan permintaan mengalami peningkatan yang signifikan dengan didominasi oleh kelas atas dan kelas menengah sebanyak 65% dari total pengeluaran, sehingga kemungkinan kedua kelas tersebut tidak terlalu terkena dampak inflasi.
“Jadi inflasi yang paling kena dampaknya hanya pada 40% kelas bawah yang konsumsinya hanya 17% dari total konsumsi nasional,” imbuhnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan bantuan langsung tunai (BLT) tetap harus dijaga, hal tersebut dikarenakan di tahun depan BLT sudah tidak termasuk dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Lebih lanjut, Aviliani mengatakan bahwa dengan banyaknya PHK yang ada saat ini adalah akibat dari terjadinya perubahan gaya hidup di masyarakat, dan ia juga menilai untuk bisnis model yang diadopsi oleh perusahaan harus tetap diantisipasi.
“Tahun ini banyak terjadi PHK itu adalah terjadi perubahan gaya hidup masyarakat lagi, jadi pada saat pandemi dari offline to online, sekarang sebagian kembali lagi dari online kembali lagi ke offline, makanya banyak sekali PHK di sektor yang berbasis online,” ujar Aviliani. (*)