Jakarta – Edukasi investor ritel di Indonesia terbilang rendah. Di satu sisi, berbagai influencer muncul dan memberikan dampak negatif, karena menjebak masyarakat (investor) dalam hal investasi. Inarno Djajadi, Calon Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK mengungkapkan, saat ini dirinya sudah melakukan pendidikan dan edukasi mengenai pasar modal terhadap para influencer dan artis-artis di tanah air melalui program “Influencer Incubator”.
“Jadi disitu, para influencer termasuk artis-artis, kami berikan pendidikan tentang pasar modal, dan kami berikan do and don’ts terhadap mereka. Sudah cukup banyak (influencer dan artis) yang mengikutinya. Karena, kami tetap butuh influencer untuk melakukan edukasi dan sosialisasi terhadap followernya, tetapi harus terkendali,” ungkapnya, dalam uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test), di Gedung Parlemen, Kamis, 7 April 2022.
Selain itu, terhadap kasus Binomo, Inarno menyebut hal itu perlu ditertibkan dengan membuat peraturan atau regulasi yang melindungi masyarakat ke depannya. Sebab, meskipun ternyata terkuak bahwa ada perusahaan asing yang terlibat dalam kasus trading Binomo, tetapi penggalangan dana serta pembelinya adalah orang Indonesia.
“Kita tidak boleh melepasnya. Meski ada orang asing, tetap korbannya ada di domestic. Perlu kita lindungi dan atur walaupun listed di luar,” ucapnya.
Terhadap literasi pasar modal yang masih dibawah sektor-sektor lain (pada 2019 literasi pasar modal 4,9%), Inarno mengusulkan agar nantinya OJK melakukan kerja sama dengan IDX untuk edukasi dan literasi.
“Saat ini, OJK memiliki 9 kantor regional dan 37 kantor. Jika menggunakan distribusi yang ada dan melalui kerjasama dengan IDX, mungkin akan sangat baik. IDX memiliki 30 kantor perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) di seluruh provinsi, dan yang lebih menarik, adalah kita memiliki 629 galeri investasi,” tutup bos BEI ini. (*) Ayu Utami