Categories: Moneter dan Fiskal

Imbas Perang Rusia-Ukraina, BI Koreksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,5%

Jakarta – Ketegangan perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlanjut. Kondisi ini semakin menambah ketidakpastian di perekonomian global yang sudah tinggi.

Melihat hal ini, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengkoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi global karena berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang berdampak pada pelemahan transaksi perdagangan, kenaikan harga komoditas, dan ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah penyebaran Covid-19 yang menurun.

Pemulihan ekonomi global juga diprakirakan terus berlanjut meski lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, disertai ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

“Pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, dan India diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia merevisi prakiraan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 menjadi 3,5% dari sebelumnya sebesar 4,4%,” jelas Perry pada paparannya, Selasa, 19 April 2022.

Sebelumnya, World Bank pada Januari 2022 lalu mengoreksi perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,1%, susut -0,2% dari proyeksi Juni 2021. Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) di bulan yang sama juga menurunkan perkiraannya menjadi 4,4% di 2022, turun 0,5% dibandingkan dengan publikasi pada bulan Oktober 2021.

BI juga memperkirakan volume perdagangan dunia lebih rendah sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan yang masih berlangsung. Harga komoditas global juga tampak mengalami peningkatan, termasuk komoditas energi, pangan, dan logam, sehingga memberikan tekanan pada inflasi global.

Lebih jauh, tingginya ketidakpastian pasar keuangan global juga berada di tengah percepatan normalisasi kebijakan moneter di berbagai negara maju, termasuk AS, sejalan dengan semakin tingginya tekanan inflasi. Hal tersebut mendorong terbatasnya prospek aliran modal asing, khususnya portofolio, dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia. (*)

 

Editor: Rezkiana Nisaputra

Evan Yulian

Recent Posts

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

5 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

6 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

6 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara

Poin Penting Pemerintah menyelamatkan lebih dari Rp6,6 triliun keuangan negara, sebagai langkah awal komitmen Presiden… Read More

1 day ago

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatra

Poin Penting Bank Mandiri menerapkan perlakuan khusus kredit bagi debitur terdampak bencana di Aceh, Sumut,… Read More

1 day ago