Jakarta – PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyoroti indeks harga saham gabungan (IHSG) pada pekan ini 3-7 Juni 2024, akan dipengaruhi oleh dua sentimen, yaitu hasil pertemuan OPEC dan inflasi Indonesia.
Community Lead IPOT, Angga Septianus mengatakan bahwa pertemuan organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+ diundur satu hari menjadi 2 Juni 2024 dan akan diadakan secara online.
“Para produsen akan mendiskusikan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini, dengan tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut,” ucap Angga dalam keterangan resminya, 3 Juni 2024.
Baca juga: BEI Catat 37 Emiten Antre IPO, 8 di Antaranya Beraset Jumbo
Sementara itu, terkait sentimen inflasi Indonesia, sejumlah ekonom memperkirakan inflasi Mei 2024 akan melandai, bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan konsumsi masyarakat sudah tidak lagi di titik puncak seperti periode Ramadan-Idul Fitri atau telah masuk fase normalisasi.
“Sementara dibandingkan Mei tahun lalu (year-on-year/yoy), inflasi diperkirakan 2,97 persen. Sedikit lebih rendah dibandingkan April yang 3 persen yoy. Beberapa ekonom juga menyebut inflasi melandai ke 2,90-2,95 persen,” imbuhnya.
Adapun, dalam sepekan lalu IHSG tergelincir sangat tajam sebesar 3,48 persen sebagai titik terendahnya di level 6.959,23 sebelum kemudian ditutup dengan pelemahan sebesar 0,90 persen atau turun 63,41 poin ke angka 6.970,74 pada akhir perdagangan, Jumat, 31 Mei 2024.
Anjloknya IHSG tersebut dipicu oleh sejumlah sentimen yang memengaruhi antara lain, inflasi PCE AS, kondisi geopolitik Timur Tengah, dan outflow foreign di IHSG.
Baca juga: BEI Lakukan Penyesuaian Aturan Delisting dan Relisting, Ini 6 Poin Pentingnya
Untuk tingkat inflasi PCE tahunan di AS stabil di 2,7 persen pada April 2024, terhenti setelah akselerasi pada Maret. Hal ini memang sesuai dengan perkiraan pasar.
Sementara, untuk faktor yang menyebabkan asing keluar masif di IHSG terutama saham-saham perbankan, yakni rupiah yang kembali melemah di atas Rp16.200, potensi inflasi yang belum bisa turun ke angka 2 persen dan mengurangi probabilitas penurunan suku bunga tahun ini, serta kondisi geopolitik Timur Tengah yang semakin memburuk. (*)
Editor: Galih Pratama