Poin Penting
- IHSG dibuka menguat 0,12 persen ke level 8.285,16 pada pembukaan perdagangan 4 November 2025, dengan 255 saham naik, 90 turun, dan 269 stagnan.
- Investor asing catat inflow Rp1,03 triliun, sementara IHSG diprediksi bergerak variatif di rentang 8.100–8.300 dipengaruhi sentimen positif dari bursa Asia Pasifik.
- Neraca dagang RI surplus USD4,34 miliar pada September 2025, menandai 65 bulan beruntun surplus, ditopang ekspor komoditas nonmigas seperti perhiasan, besi, baja, dan mesin elektronik.
Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka naik pada level 8.285,16 dari posisi 8.275,08 atau menguat 0,12 persen pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (4/11).
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan saham hari ini, sebanyak 363,09 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 44 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp455,27 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 90 saham terkoreksi, 255 saham menguat, dan 269 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: BEI Bakal Surati MSCI, Minta Penjelasan Penyesuaian Perhitungan Free Float Saham
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi akan bergerak variatif pada rentang 8.100-8.300.
“Pada perdagangan kemarin, Senin, (3/11) IHSG ditutup menguat 1,36 persen atau naik 111,2 poin ke level 8.275. IHSG hari ini (4/11) diprediksi bervariasi dalam range 8.100-8.300,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 4 November 2025.
Ia melihat pergerakan IHSG hari ini bakal dipengaruhi oleh sentimen dari dalam negeri. Salah satunya adalah IHSG kembali positif di awal pekan mengikuti pergerakan Bursa di Asia Pasifik, dengan investor asing inflow Rp1,03 triliun di seluruh pasar ekuitas. Meskipun IHSG terapresiasi, jumlah transaksi di awal pekan cenderung terbatas pada Rp15,87 triliun (3/11).
Kemudian, sentimen berikutnya datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca dagang Indonesia pada September 2025 surplus USD4,34 miliar, setelah pada bulan sebelumnya USD5,49 miliar.
Surplus ditopang oleh komoditas non migas, seperti perhiasan/permata, besi, baja, serta mesin dan perlengkapan elektronik. Jika diakumulasi, surplus neraca dagang telah terjadi selama 65 bulan beruntun.
Baca juga: Deretan Saham Top Laggards IHSG dalam Sepekan
Sentimen Global
Adapun dari mancanegara, Bursa Wall Street bervariasi cenderung menguat terbatas, dengan Indeks Nasdaq naik 0,46 persen dan S&P 500 menguat 0,17 persen (3/11).
Indeks PMI manufaktur versi S&P Global melaporkan kondisi industri dalam fase ekspansif pada Oktober 2025 di level 52,5, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 52,0. (*)
Editor: Galih Pratama










