Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat (15/11), pukul 9.00 WIB Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona merah ke level 7.204,53 atau turun 0,14 persen dari level 7.214,56.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 192,29 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 13 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp266,08 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 95 saham terkoreksi, sebanyak 92 saham menguat dan sebanyak 227 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi akan bergerak variatif dalam rentang level 7.150 hingga 7.280.
Baca juga: IHSG Berpeluang Terkoreksi, Simak 4 Rekomendasi Saham Berikut
“Pada perdagangan Kamis (14/11), IHSG ditutup turun 1,29 persen atau minus 94,11 poin ke level 7.214. IHSG hari ini (15/11) diprediksi mixed dalam range 7.150-7.280,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 15 November 2024.
Pergerakan IHSG kembali terkoreksi yang senada dengan masih terjadinya outflow investor asing di pasar ekuitas domestik senilai Rp795,45 miliar. Bersamaan dengan pergerakan IHSG, indeks bursa di Kawasan Asia Tenggara juga melemah khususnya bursa Filipina (PSEI Index) terkoreksi 2,34 persen.
Pelaku pasar khawatir bahwa nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi dapat menekan laju IHSG. Nilai tukar rupiah diproyeksikan dalam waktu dekat akan mencapai Rp15.800 hingga Rp16.000 akibat imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang cenderung meningkat.
Sementara, terkoreksinya harga komoditas non migas, seperti CPO, batu bara, dan metal mining akibat lesunya kondisi ekonomi global di tengah iklim suku bunga tinggi juga memberikan sentimen negatif bagi IHSG.
Baca juga: Ini Dia Perusahaan Jumbo yang Bakal IPO di Akhir 2024
Adapun, dari mancanegara, Bursa Wall Street mengalami koreksi akibat pelaku pasar khawatir inflasi yang kembali naik menghambat langkah The Fed untuk memangkas suku bunga sesuai ekspektasi.
Pasalnya, indeks inflasi di tingkat produsen (PPI) AS meningkat 2,4 persen yoy pada Oktober 2024 atau naik dibandingkan perolehan bulan sebelumnya sebesar 1,9 persen yoy. Pelaku pasar mengharapkan kebijakan Trump nantinya dapat membantu mengurangi angka inflasi. (*)
Editor: Galih Pratama