Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Rabu, 28 Mei 2025, berakhir ditutup merosot ke posisi 7.175,81 dari dibuka pada level 7.198,96 atau melemah 0,32 persen.
Meski begitu, dalam sebulan terakhir IHSG masih mampu menguat 7,44 persen dan bergerak dalam rentang level 6.688,78 hingga posisi 7.240,08.
Melihat hal tersebut, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, mengatakan pada Juni 2025 membawa momentum positif yang cukup kuat untuk pasar saham Indonesia, dari sisi stimulus fiskal, stabilitas moneter, hingga penguatan rupiah.
Baca juga: Saham PT Agro Yasa Lestari (AYLS) Diproyeksi Menguat, Ini Alasannya
“Jika ditambah sentimen dovish dari The Fed, peluang IHSG menembus 7.300 cukup terbuka, dengan arus dana asing yang bisa kembali deras,” ucap Liza dalam risetnya dikutip, 2 Juni 2025.
Namun, menurutnya kehati-hatian tetap diperlukan terhadap potensi gejolak global dan siklus ketidakpastian suku bunga eksternal. Lalu, terdapat juga rotasi sektor yang akan mengarah pada konsumsi, keuangan, dan sektor-sektor berbasis mobilitas masyarakat.
Sentimen Pendorong Pasar Saham
Meski demikian, terdapat beberapa sentimen yang akan memengaruhi gerak IHSG periode Juni 2025. Salah satunya stimulus pemerintah yang akan menggulirkan enam kebijakan stimulus ekonomi, dari diskon tarif listrik dan transportasi, hingga BSU dan bantuan pangan mulai 5 Juni 2025.
Sentimen lain datang dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang memangkas suku bunga penjaminan simpanan dari 4,25 persen menjadi 4,00 persen. Ini menjadi sinyal positif untuk pelonggaran likuiditas, mendukung penyaluran kredit dan aktivitas investasi sektor riil.
Turunnya keuntungan pada deposito atau tabungan membuat para pelaku pasar mencari keuntungan yang lebih tinggi di instrumen keuangan lain, yaitu pasar saham dan reksa dana.
Setelah pemangkasan BI Rate menjadi 5,50 persen, investor mencermati kebijakan The Fed dalam FOMC Meeting Juni–Juli. Jika Fed bersikap lebih dovish atau menurunkan FFR lebih cepat dari ekspektasi pasar yang saat ini probabilitasnya masih kurang dari 50 persen, arus masuk modal asing bisa meningkat signifikan.
Baca juga: IHSG Sepekan Merosot, Bagaimana Pergerakan Saham Indeks INFOBANK15?
Meski demikian, patut diwaspadai terkait risiko dari negosiasi tarif AS–China–UE dan tensi geopolitik global. Jika tidak memburuk, sentimen pasar mampu tetap stabil. Diketahui, pada 9 Juli 2025, adalah batas akhir jeda waktu 90 hari tarif Liberation Day diperkirakan mendekati tanggal itu perundingan negosiasi antara US dan negara mitra dagang akan semakin meruncing.
Adapun, menjelang laporan keuangan kuartal II 2025 dan semester I 2025, ada potensi akumulasi oleh fund manager terutama di sektor defensif dan yang punya potensi earnings kuat. (*)
Editor: Galih Pratama










