Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (16/1) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka pada zona hijau ke level 7.228,48 atau menguat tipis 0,06 persen dari level 7.224,00 pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 389 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 21 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp125 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 89 saham terkoreksi, sebanyak 146 saham menguat dan sebanyak 279 saham tetap tidak berubah.
Baca juga: IHSG Berpeluang Menguat Terbatas, Ini Sentimennya
Sebelumnya, Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman mengatakan bahwa IHSG secara teknikal hari ini berpotensi melanjutkan kenaikan jika berhasil break resistance kuat di 7.250.
“Dengan level resistance antara 7.250-7.270 dan level support di antara 7.180-7.200,” ucap Fanny dalam risetnya di Jakarta, 16 Januari 2024.
Sebelumnya, perdagangan saham di bursa Amerika Serikat (AS) libur pada kemarin (15/1), di mana Bursa Wall Street tutup karena liburan Hari Martin Luther King Jr.
Sementara itu, mayoritas bursa saham Asia naik melewati pelemahan pada perdagangan kemarin, kala traders menjaga harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga lebih awal, dan pasar Jepang memperpanjang rally ke level tertinggi 34 tahun.
“Namun penguatan yang lebih besar tertahan oleh antisipasi isyarat ekonomi utama lanjutan minggu ini, termasuk data produk domestik bruto China dan Inflasi Jepang,” imbuhnya.
Oleh karena itu, bursa saham di Jepang, indeks Nikkei & Topix naik 1 persen, Shanghai menguat 0,15 perseb, dan Kospi bertambah 0,04 persen, sementara Hang Seng melemah 0,17 persen.
Baca juga: OJK Targetkan Penghimpunan Dana di Pasar Modal 2024 Tembus Rp200 Triliun
Di sisi lain, People’s Bank of China (PBOC) secara tidak terduga mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengahnya pada hari Senin, berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi dan membendung kerugian lebih lanjut dalam yuan.
Adapun dari domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar USD3,3 miliar pada Desember 2023. Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan USD2,41 miliar pada November 2023. (*)
Editor: Galih Pratama