IHSG Diprediksi Bergerak Mixed, Intip Sentimennya

IHSG Diprediksi Bergerak Mixed, Intip Sentimennya

Jakarta – Ajaib Sekuritas memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) secara teknikal akan bergerak mixed dalam rentang 7.170 hingga 7.250 pada hari ini (28/3). 

“Pada perdagangan Senin (1/4), IHSG ditutup turun 1,15 persen atau minus 83,75 poin di level 7.205,06. IHSG hari ini diprediksi bergerak mixed dalam range 7.170-7.250,” ucap Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih dalam IHSG Daily Analysis di Jakarta, 2 April 2024.

Di mana, pergerakan IHSG yang terkoreksi cukup dalam tersebut dipicu oleh aksi profit taking para investor asing pada saham perbankan Big Caps.

Baca juga: BEI Umumkan Penyesuaian Evaluasi Indeks IDX80, LQ45, dan IDX30

Adapun sentimen yang akan memengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain adalah melesatnya angka inflasi tahunan nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka inflasi tahunan domestik pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,75 persen.

“Inflasi pada periode Maret 2024 diakibatkan oleh naiknya konsumsi musiman masyarakat Indonesia saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan menjelang Idul Fitri,” imbuhnya.

Sementara dari mancanegara, pelaku pasar pekan ini menantikan rilis angka inflasi di kawasan Eropa yang berpotensi tetap di bawah 3 persen. Selain itu, pelaku pasar juga wait and see data tenaga kerja Amerika Serikat (AS), seperti non farm payroll dan unemployment rate yang menjadi salah satu pertimbangan FOMC The Fed di akhir April mendatang. 

Baca juga: Cek 11 Kriteria Saham yang Masuk Papan Pemantauan Khusus

Lalu dari Asia, Indeks PMI manufaktur versi Caixin China pada Maret 2024 lanjut di level ekspansif sebesar 51,1. Perolehan tersebut lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 50,9. Aktivitas industri, jumlah permintaan domestik dan ekspor terapresiasi. 

Di sisi lain, Indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank pada Maret 2024, masih di level kontraksi sebesar 48,2. Level tersebut menambah masa kontraksi aktivitas manufaktur Jepang dalam 10 bulan beruntun. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News