Jakarta – Pilarmas Investindo Sekuritas melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara teknikal hari ini (28/10) akan berpotensi mengalami pelemahan terbatas dengan level support 7.675 dan level resistance 7.830.
“Berdasarkan analisa teknikal, kami melihat IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance di level 7.675-7.830,” tulis manajemen dalam market review di Jakarta, 28 Oktober 2024.
Pilarmas menyoroti, dari sentimen global, saat ini para pelaku pasar dan investor tengah terfokus kepada pertemuan China’s National People’s Congress Standing Committee yang akan diadakan pada 4–8 November 2024.
Baca juga: BEI Sebut Saham Sritex (SRIL) Penuhi Kriteria Delisting
Hal ini menjadi sangat penting, karena sejauh apa Tiongkok akan melakukan segala upaya cara untuk mendukung perekonomiannya agar bangkit dari keterpurukan dan apa rencana mereka selanjutnya akan menjadi fokus penuh pelaku pasar dan investor. Hal ini yang akan menentukan capital inflow ataupun outflow.
“Saat ini kalau kita bandingkan dengan volatilitas US Election yang akan terjadi pada November mendatang, pelaku pasar dan investor lebih menaruh hati terhadap stimulus Tiongkok, karena ini akan menentukan bagaimana pertumbuhan ekonomi global kedepannya untuk bisa bangkit dan pulih,” imbuhnya.
Sehingga, data-data yang akan disoroti pelaku pasar, antara lain data Conf. Board Consumer Confidence yang diproyeksikan mengalami kenaikkan, data pertumbuhan ekonomi Amerika kuartal ketiga, hingga GDP Annualized secara kuartal yang diproyeksikan masih sama dengan kuartal sebelumnya di kisaran 3 persen.
Namun GDP Price Index diproyeksikan mengalami penurunan dari sebelumnya 2,5 persen menjadi 2,1-2,3 persen. Kemudian, volatilitas yang tidak kalah pentingnya datang dari data inflasi dan ketenagakerjaan yang hadir bersamaan.
Terlihat dari PCE Price Index bulanan yang diproyeksikan mengalami kenaikkan, namun secara tahunan mengalami penurunan dari sebelumnya 2,2 persen menjadi 2-2,1 persen, untuk Core PCE Price Index bulanan diproyeksikan mengalami kenaikkan.
Selain itu, data Personal Income mengalami kenaikkan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,3-0,4 persen, begitupun dengan personal Spending yang mengalami kenaikkan dari sebelumnya 0,2 persen menjadi 0,3-0,5 persen.
“Hal ini tentu saja akan memicu volatilitas di pasar, karena data ini akan menjadi data yang sangat penting, sebelum The Fed akan mengadakan pertemuan,” ujar Pilarmas.
Adapun, dari domestik Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memperpanjang kebijakan down payment (DP) 0 persen untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan apartemen (KPA) hingga akhir 2025.
Baca juga: BEI: 68 Persen Saham di Bursa Milik Perusahaan Syariah
Kebijakan tersebut bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendorong penciptaan lapangan kerja di sektor properti. Awalnya, pada Februari 2021 kebijakan tersebut untuk menjaga non-performing loan (NPL) bank kurang dari 5 persen, kini kebijakan tersebut diperpanjang untuk mempermudah pembelian rumah.
“Kami menilai, langkah BI sangat tepat mengingat perekonomian dalam negeri saat ini cukup terkontraksi dengan menurunnya daya beli sehingga perpanjangan stimulus ini dapat menjadi suntikan lanjutan untuk menahan guncangan ketidakpastian perekonomian global. Kebijakan ini sekaligus dapat melengkapi sentiment positive sektor property dan automotive di tengah potensi pemangkasan tingkat suku bunga,” tutupnya. (*)
Editor: Galih Pratama