Jakarta – Pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB (6/12) indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat tipis ke level 7103,17 dari level 7100,85 atau menguat 0,03 persen pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 514 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 23 ribu kali, serta total nilai transaksi tercatat mencapai Rp407 miliar.
Baca juga: IHSG Berpotensi Terkoreksi, Intip 4 Rekomendasi Saham Berikut
Kemudian, tercatat terdapat 101 saham terkoreksi, sebanyak 168 saham menguat dan sebanyak 256 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih melihat IHSG secara teknikal hari ini diprediksi bergerak mixed cenderung dalam rentang 7.070 hingga 7.150.
Ratih melihat sentimen yang dapat memengaruhi pergerakan IHSG hari ini antara lain, pada akhir pekan ini, pelaku pasar menantikan rilis indeks konsumen domestik periode November 2023 di tengah tingkat suku bunga tinggi dan pertumbuhan jumlah uang beredar yang cenderung terbatas.
“Adapun pelaku pasar juga mencermati data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) periode November 2023 yang menjadi salah satu tolok ukur pertimbangan The Fed terhadap keputusan suku bunga pekan depan (13-14 Desember 2023),” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 6 Desember 2023.
Baca juga: OJK Incar Transaksi Harian Pasar Modal di 2024 Tembus Rp12,25 Triliun
Sedangkan dari mancanegara, Bank Sentral Australia (RBA) kembali mempertahan suku bunga di level 4,35 persen, setelah pada November 2023 menaikkan suku bunga untuk ke-13 kalinya sejak Mei 2022 sebesar 25 bps ke level 4,35 persen, di mana tingkat suku bunga tersebut merupakan yang tertinggi dalam 12 tahun terakhir.
Sementara dari Asia, Inflasi tahunan di Korea Selatan (Korsel) pada November 2023 tercatat 3,3 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,8 persen, lalu pertumbuhan inflasi November yang landai terjadi akibat penurunan bahan pangan dan energi.
Dengan begitu, Korsel tetap mempertahan suku bunga yang tinggi sebesar 3,5 persen untuk mencegah kembali naiknya inflasi. (*)
Editor: Galih Pratama