Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melesat 0,90 persen ke level 7.110,51 dari posisi 7.047,05, pada pembukaan perdagangan pagi ini pukul 9.00 WIB, Selasa, 3 November 2024.
Berdasarkan statistik RTI Business pada perdagangan IHSG hari ini, sebanyak 271,00 juta saham diperdagangkan, dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 13 ribu kali, serta total nilai transaksi mencapai Rp328,01 miliar.
Kemudian, tercatat terdapat 76 saham terkoreksi, sebanyak 146 saham menguat dan sebanyak 236 saham tetap tidak berubah.
Sebelumnya, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, melihat IHSG secara teknikal pada hari ini diprediksi akan bergerak variatif dalam rentang level 7.200 hingga 7.300.
Baca juga: IHSG Berpotensi Lanjut Melemah, Simak Rekomendasi Saham Berikut
“Pada perdagangan Senin (02/12) IHSG ditutup turun 0,95 persen atau minus 67,28 poin ke level 7.046. IHSG hari ini (03/12) diprediksi bergerak mixed dalam range 6.950-7.100,” ucap Ratih dalam risetnya di Jakarta, 3 Desember 2024.
Ia menjelaskan bahwa, pergerakan IHSG yang terkoreksi sejalan dengan penurunan saham Big Caps khususnya Big Banks, karena dilanda aksi profit taking oleh investor asing setelah rilis laporan keuangan per Oktober 2024 yang di bawah ekspektasi.
“Kekhawatiran atas turunnya permintaan kredit dan profitabilitas terjadi karena iklim suku bunga tinggi bertahan cukup lama. Kondisi kinerja perbankan juga senada dengan lesunya ekonomi domestik,” imbuhnya.
Di sisi lain, inflasi tahunan juga semakin melandai hingga ke batas bawah target BI, yaitu 1,5 persen. Lalu, pada November 2024, inflasi tahunan tercatat 1,55 persen atau lebih landai dari bulan sebelumnya sebesar 1,71 persen.
Baca juga: OJK Tetapkan Saham Adaro Andalan Indonesia sebagai Efek Syariah
Adapun dari mancanegara, bursa Wall Street bergerak mixed dan terbatas. Ini disebabkan oleh pelaku pasar yang menantikan sinyal kebijakan suku bunga lanjutan yang akan disampaikan Powell pada pidatonya di pekan ini.
Pada akhir pekan pasar juga menantikan rilis data tenaga kerja AS di November 2024, seperti non farm payroll dan unemployment rate (tingkat pengangguran).
Sementara, Inggris melaporkan kondisi industri manufaktur di level kontraksi dalam dua bulan beruntun. Pada November 2024, indeks PMI manufaktur Inggris tercatat sebesar 48. Output produksi baik untuk permintaan domestik dan ekspor mengalami perlambatan. (*)
Editor: Galih Pratama