Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) memandang, walau Ibukota Negara dipindahkan dari DKI Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur, kredit sindikasi untuk pembangunan infrastruktur di Jakarta masih menarik dalam lima tahun kedepan.
“Kita lihat negara-negara maju saja, saya rasa seperti daerah yang pandat penduduk masih membutuhkan (pembiayaan infratrktur) tidak pandang ibukota atau tidak,” kata Direktur Tresuri & Internasional Rico Rizal Budidarmo di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa 27 Agustus 2019.
Terlebih, BNI beserta bank-bank lain saat ini masih terlibat dalam projek sindikasi pembangunan infrastruktur seperti Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Rico melihat, kebutuhan pembangunan infrastruktur tersebut sudah diantisipasi sebelum proyek tersebut dijalankan.
“Saya rasa yang coba saya lihat saat ini demand dari populasi LRT dari awal tidak akan berubah sehingga kebutuhan masyarakat sudah menjadi pertimbangan waktu mengikuti uji kelayakan proyek,” jelas Rico.
Sebagai informasi, hingga semester I-2019 BNI terus mencatatkan pertumbuhan kredit yang solid sebesar 20% year on year (YOY) yang mencapai Rp 549,23 triliun.
Pertumbuhan kredit BNI didorong oleh pembiayaan pada korporasi yang mencapai 51,9% dari total portfolio kredit BNI, dengan fokus pembiayaan pada sektor-sektor unggulan yang memiliki risiko relatif rendah, terutama ke sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha. Hal ini sejalan dengan strategi yang telah ditetapkan BNI, yaitu menjaga komposisi kredit korporasi dalam kisaran 50% hingga 55% dari total kredit. (*)
Editor: Rezkiana Np