Poin Penting
- Negara dan korporasi mulai membangun kedaulatan AI melalui kontrol data dan regulasi.
- Sebanyak 72 persen perusahaan top global telah mengadopsi AI generatif.
- Agentic AI yang mampu bekerja mandiri makin populer menjelang 2026, sementara quantum computing diprediksi menjadi tren besar berikutnya.
Jakarta – Implementasi teknologi Artificial Intelligence (AI) semakin lumrah ditemukan di berbagai negara, termasuk Indonesia di 2025. IBM membeberkan setidaknya ada 5 tren AI yang berlangsung secara global pada tahun ini.
Catherine Lian, General Manager and Technology Leader IBM ASEAN, mengungkap tren pertama, yakni AI sovereignty. Maksudnya, bagaimana negara dan korporasi mampu mengelola tata kelola kecerdasan buatan secara mandiri dan berdikari, melalui hal-hal seperti kontrol data dan regulasi.
Temuan IBM menunjukkan, 80 persen perusahaan multinasional di wilayah Asia Pasifik, akan menerapkan strategi data sovereignty pada 2027.
Baca juga: OJK: Teknologi AI Bantu Industri Pindar Tekan Risiko Kredit Macet
Diproyeksikan investasi cloud di wilayah ini mencapai 4,5 kali lipat, dan pertumbuhannya berkisar antara USD37 miliar pada 2023 hingga USD169 miliar di 2028.
“Lalu, pengeluaran industri yang teregulasi, seperti keuangan dan perbankan, untuk AI sovereignty, akan meningkat dari USD14 miliar pada 2023 lalu, menjadi USD66 miliar pada 2028 nanti,” imbuhnya di acara IBM Year End Briefing 2025, Kamis, 11 Desember 2025.
Pemanfaatan AI juga mulai ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan. Catherine mengatakan, 72 persen perusahaan terbaik di dunia mengimplementasikan AI generatif dalam bisnisnya agar lebih maju daripada kompetitor.
“Sekarang, 85 persen eksekutif secara global percaya bahwa AI akan mendukung model bisnis mereka. Namun, akan ada kesenjangan antara apa yang mereka harapkan dalam penggunaan AI. Transformasi AI juga selalu menjadi masalah,” jelasnya.
Hal tersebut, kata Catherine, mengindikasikan bahwa AI mampu meningkatkan produktivitas melalui otomatisasi, pembaruan, peningkatan keterampilan sumber daya manusia, membedakan diri dari pesaing, sampai dengan menciptakan kembali model bisnis baru.
Agentic AI Makin Populer
Catherine melanjutkan, secara spesifik jenis kecerdasan buatan yang semakin populer adalah agentic AI. Teknologi ini mampu menetapkan tujuan, merencanakan, dan melaksanakan tugas-tugas kompleks dengan intervensi manusia minimal.
“Sekarang, perusahaan harus memastikan bahwa saat memasuki 2026, ketika mereka merancang arsitektur agentic AI, itu memungkinkan aliran data yang berkelanjutan. Dan ini mendefinisikan apa dampaknya bagi karyawan,” terang Catherine.
Tren keempat adalah pemanfaatan AI sebagai bentuk kepercayaan terhadap berbagai stakeholders. Terlebih, AI kini semakin terintegrasi dengan data dan sistem dari perusahaan, sehingga implementasi AI harus dengan basis mendorong kepercayaan pihak-pihak di dalamnya.
Riset IBM menunjukkan, 95 persis eksekutif mengungkap bahwa kepercayaan konsumen terhadap AI akan menentukan keberhasilan perusahaan. Sebanyak 89 persen responden juga merasa bahwa konsumen akan semakin sering erinteraksi dengan AI dan 56 persen dari konsumen antusias dengan layanan yang didukung AI.
Baca juga: 7 Teknologi Perbankan Ini Bisa Dimanfaatkan untuk Mendukung Sustainability
Terakhir, Catherine percaya, ke depan akan ada tren AI berbasis quantum computing. Teknologi ini terbilang baru, dirancang dari platform komputer tradisional yang mengolah banyak data.
“Quantum computing memungkinkan terobosan yang jauh lebih besar dalam teknologi baru dan juga akurasi data. Saat ini, kita baru melihat penggunaannya di bidang penelitian, pemerintahan, dan universitas akademis,” sebut Catherine.
Tapi, di masa mendatang, IBM percaya bahwa quantum computing akan semakin populer pemakaiannya di berbagai sektor. Dengan demikian, perusahaan perlu mempersiapkan infrastruktur sebaik mungkin supaya bisa segera memanfaatkannya. (*) Mohammad Adrianto Sukarso










