Saat ini, lanjut Agus 50% lebih BBM yang dikonsumsi adalah dari impor. Sedangkan 70% lebih LPG yang dikonsumsi masyarakat juga berasal dari impor.
“Produksi minyak kita cuma 830 ribu barel per hari. Dari dulu sudah saya bilang, kalau Pertamina fokus saja lah ke hulu, kemudian PGN hilirnya. Masalah hulu itu pelik. Karena harus mencari sumber kilang baru. Fokusnya ke situ saja. Sekarang kan dia hanya ngelola kilang-kilang tua. Cadangan migas makin menipis, produksi migas turun, infrastruktur jaringan gas bumi belum merata, masih 40% produksi gas diekspor,” tegasnya.
Agus juga mengingatkan, potensi kerugian negara jika holdingisasi ini terus berlanjut. Dia memang tidak menyebutkan dalam bentuk nominal angka, namun dipastikan dampak kerugiannya ke depan bakal mengerikan.
Iapun memberikan solusi agar industri Migas bisa lebih baik, yakni dengan membuat PGN lebih kuat lagi. Dengan cara memperbaiki hilir gas, perkuat dan dorong PGN memperluas jaringan gas di berbagai wilayah. (*) Dwitya Putra
(Baca juga: Holding Migas Berdampak ke Perekonomian)
Editor: Paulus Yoga
Page: 1 2
Jakarta – Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT MD Entertainment Tbk (FILM) yang… Read More
Jakarta - PT Bank QNB Indonesia Tbk, bagian dari QNB Group berkolaborasi dengan Garuda Indonesia… Read More
Jakarta - Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga Syariah) kembali menyelenggarakan… Read More
Oleh Ryan Kiryanto, Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia MOMEN presentasi tiga… Read More
Jakarta - Produk buy now pay later (BNPL) atau paylater mulai digandrungi oleh pelaku industri… Read More
Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) memproyeksikan laba bersih di kuartal III… Read More