Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga November 2016 pertumbuhan kredit perbankan mencapai sebesar 8,46%. Angka tersebut masih sejalan dengan target OJK 2016 yang sebelumnya direvisi menjadi dikisaran 6-8%.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Hadad mengatakan, untuk total penyaluran kredit perbankan tercatat sebesar Rp4.285 triliun yang masih didominasi oleh kredit rupiah. Di mana kredit rupiah mengalami pertumbuhan 9,41% (yoy), dan kredit valas tumbuh 3,35%.
“Untuk kredit investasi tumbuh 11,75% yoy, kemudian kredit konsumsi 7,39% dan kredit modal kerja sebesar 7,34%,” ujar Muliaman, di Jakarta, Jumat, 30 Desember 2016.
Sedangkan jika dilihat dari sektor usahanya, kredit di sektor listrik mengalami pertumbuhan 40,17% (yoy), kemudian sektor konstruksi tumbuh 21,42% (yoy). Lalu sektor administrasi pemerintahan dan pertanian masing-masing tumbuh 18,38% dan 16,67%.
“Untuk pertumbuhan paling tinggi kreditnya itu adalah sektor listrik 40,17%, lalu disusul oleh sektor konstruksi 21,42%,” ucap Muliaman.
Sementara itu, lanjut dia, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan berada di level 3,18% secara gross dan 1,38% net. Kemudian untuk Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan berada pada level 23,13%. “Masih jauh di atas ketentuan umum 8%,” tutupnya. (*)