Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa, pasar saham Indonesia hingga 29 Februari 2024 yang lalu masih menunjukan penguatan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengatakan bahwa, penguatan tersebut dibuktikan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 0,60 persen ytd ke level 7.316,11.
“Pasar saham Indonesia sampai dengan 29 Februari 2024 masih menunjukkan penguatan, di mana IHSG menguat 0,60 persen ytd ke level 7.316,11, serta membukukan net buy sebesar Rp18,44 triliun ytd,” ucap Inarno dalam RDKB OJK di Jakarta, 4 Februari 2024.
Baca juga: Investor Pasar Modal Diyakini Tumbuh 10 Persen, Ini Sederet Pendorongnya
Di samping itu, antusiasme penghimpunan dana di pasar modal juga masih terlihat dari adanya 84 perusahaan dalam pipeline penawaran umum. Dari jumlah tersebut, sebanyak 56 merupakan perusahaan baru, dengan nilai penghimpunan dana Rp56,83 triliun.
Sementara dari sisi pasar obligasi atau ICBI turut mengalami penguatan sebesar 0,98 persen secara ytd menjadi 378,28. Hanya saja, untuk pengelolaan investasi atau Asset Under Management (AUM) tercatat turun 0,04 persen ytd menjadi Rp824,4 triliun, dengan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat Rp495,79 triliun atau turun 1,13 persen pada 29 Februari 2024.
Baca juga: OJK Susun 4 Program Terkait Pengembangan Pasar Modal Indonesia Selama 2024
Adapun, untuk bursa karbon hingga 29 Februari 2024 telah tercatat sebanyak 50 pengguna jasa yang telah mendapatkan izin dengan total volume 501.910 ton CO2, dengan akumulasi nilai mencapai Rp31,36 miliar.
“Dengan rincian 31,39 persen di pasar reguler, 9,69 persen pasar negosiasi, dan 58,92 persen di pasar lelang. Ke depan potensi bursa karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.453 pendaftar yang tercatat di sistem registrasi nasional pengendalian perubahan iklim (SNRPPI) dan tingginya potensi unit karbon yang ditawarkan,” tutupnya. (*)
Editor: Galih Pratama