Perbankan

Harga Saham Tembus Rp10.000, Bos BCA Tegaskan Tak Ada Rencana Stock Split

Jakarta – Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan BCA belum berencana untuk melakukan stock split saham hingga tahun depan. Adapun harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tembus Rp10 ribu per lembar saham sejak awal Juli 2024.

“Kami tegaskan tahun ini tidak ada stock split saham. Tahun depan juga belum ada kami bicarakan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB),” kata Jahja dalam Konferensi Pers Kinerja Semester I 2024, diktuip, Kamis, 25 Juli 2024.

Jahja menjelaskan bahwa rencana stock split belum ada di RBB BCA. Sebab, pada tahun 2021 lalu, BCA pernah melakukan stock split dengan rasio 1:5 saat harga saham BBCA berada pada kisaran Rp35 ribu per lembar saham.

Baca juga: Bisnis Paylater BCA Makin Moncer, Outstanding Tembus Rp250 Miliar per Juni 2024

“Tetapi rasanya pada tingkat harga seperti sekarang ini, karena kita ingat waktu kita mengadakan stock split yang lalu, itu harga saham BCA sudah di Rp35.000, ya Rp35.000 kita split 1 banding 5. Jadi pada saat itu Rp7.000. Saat ini masih Rp10 ribu per lembar jadi saat ini belum diperlukan untuk lakukan stock split,” ungkapnya.

Sebagai informasi, hingga semester I 2024 BCA mencatatkan laba bersih Rp26,9 triliun atau tumbuh 11,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Pertumbuhan laba bersih BBCA tersebut, didukung oleh peningkatan total kredit yang mencapai Rp850 triliun atau tumbuh 15,5 persen yoy hingga Juni 2024.

Baca juga: Semester I 2024, BCA Salurkan Kredit Rp198 Trilun ke Sektor Berkelanjutan

Jahja merinci, kredit korporasi menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi per Juni 2024, naik 19,9 persen yoy mencapai Rp388,6 triliun. Kredit komersial tumbuh 7,9 persen yoy menjadi Rp127,8 triliun, dan kredit UKM naik 12,7 persen yoy hingga menyentuh Rp114,4 triliun.

Adapun portofolio kredit konsumer meningkat 13,6 persen yoy menjadi Rp210,2 triliun, didorong penyaluran KPR yang tumbuh 10,8 persen yoy mencapai Rp126,9 triliun serta pertumbuhan KKB sebesar 18,4 persen yoy menjadi Rp62,1 triliun.

Adapun kenaikan outstanding pinjaman konsumer lainnya (sebagian besar kartu kredit) tercatat sebesar 20,2 persen yoy mencapai Rp17,8 triliun. (*)

Editor: Galih Pratama

Irawati

Recent Posts

Sektor Otomotif Lesu, Adira Finance Banting Setir

Bandung - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mengambil langkah agresif untuk mengatasi… Read More

14 mins ago

Investor Simak! 3 Sentimen Berikut Bakal Pengaruhi Gerak IHSG Pekan Ini

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang signifikan pada periode pekan lalu… Read More

34 mins ago

OJK Terbitkan POJK Tentang Kegiatan Usaha Bulion, Ini Isinya

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 17 Tahun… Read More

43 mins ago

BRI Blokir 3.003 Rekening yang Terindikasi Judi Online

Jakarta — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pemerintah untuk memberantas aktivitas… Read More

1 hour ago

Sentimen Trump Picu Penguatan Rupiah di Awal Pekan

Jakarta - Rupiah diperkirakan akan mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Senin, 18… Read More

1 hour ago

Rilis Laporan LPSI Triwulan II 2024, OJK Ingatkan 2 Risiko Ini ke Perbankan

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) triwulan II 2024… Read More

2 hours ago