Jakarta – Ajaib Sekuritas melihat bahwa harga minyak dunia saat ini memang terpantau fluktuatif. Hal ini dipicu oleh OPEC+ yang memangkas total produksi sekitar 3,66 juta barel oil per day (bopd), sebagai langkah mestabilkan harga minyak di tengah potensi perlambatan ekonomi global.
Sedangkan, secara jangka pendek, fluktuasi harga minyak dunia sangat ditentukan oleh faktor supply dan demand dari beberapa negara di dunia. Jika harga minyak dunia mampu menguat signifikan di atas USD84 per barel pada proyeksi rata-rata harga minyak tahun ini, maka diharapkan mampu menjadi katalis positif bagi emiten minyak dan gas.
Di mana, beberapa kinerja emiten minyak dan gas pada kuartal I-2023 cenderung mengalami penurunan, terlihat dari MEDC yang mengalami penurunan net profit hingga 8,9% yoy dan ENRG mengalami penurunan penjualan mencapai 8,19% yoy.
Berdasarkan hal itu, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani, menyatakan bahwa meskipun fluktuasi harga minyak masih akan tinggi namun diproyeksikan hingga akhir tahun ini kinerja emiten migas masih dapat berpotensi tumbuh positif.
“Seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat di negara importir terbesar minyak dunia sehingga masih akan meningkatkan permintaan minyak di dunia dan peningkatan kinerja emiten migas pun dipicu oleh segmen bisnis lainnya,” ucap Chisty dalam risetnya dikutip, 29 Mei 2023.
Di sisi lain, emiten migas saat ini telah banyak melakukan diversifikasi segmen bisnis. Beberapa di antaranya adalah mulai beralih ke proyek energi terbarukan, bahkan ada juga emiten migas yang memiliki bisnis lahan industri, sehingga fluktuatifnya harga minyak mentah dunia ke depan mungkin tidak akan secara signifikan menurunkan kinerjanya.
Chisty, menambahkan bahwa, harga minyak berpotensi masih akan meningkat yang dipicu oleh permintaan dari China dan India sebagai negara net importir terbesar di dunia yang saat ini masih cukup besar.
“Terlihat dari dalam negeri, harga Indonesia Crude Price (ICP) sejak bulan April 2023 juga telah meningkat, dan ditetapkan seharga USD79,34 per barel, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya sebesar USD74,59 per barel,” imbuhnya. (*)
Editor: Galih Pratama