Bandung – Bank Indonesia (BI) meyakini, harga komoditas strategis Indonesia akan kembali merangkak tahun ini. Kenaikan terbesar terjadi di harga komoditas batubara, yang diperkirakan mampu melonjak 21,5% pada tahun ini.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi mengatakan, membaiknya harga komoditas strategis ini akan berdampak pada aktivitas perdagangan nasional, yang memang selama ini mengandalkan sektor pertambangan.
“Kami lihat angkanya mulai positif. Kami memandang, tahun 2017 bisa menjadi tahun yang positif,” ujar Yoga di Jakarta, Sabtu 18 Februari 2017.
Selain batubara, harga timah juga diproyeksi akan mengalami kenaikan menjadi 15,2% tahun ini. Kemudian, disusul dengan harga alumunium yang mencapai 13,5%, atau meningkat pesat dari posisi 2016 yang mengalami minus 3,5%.
Kemudian, disusul dengan harga komoditas strategis lainnya, yakni karet dan tembaga, yang masing-masing mengalami peningkatan mencapai 12,8% dan 12,4%. Padahal, pada tahun lalu karet tercatat minus 4%. Sementara tembaga, juga minus 11,7%.
Bank sentral juga memperkirakan harga kopi, harga nikel, dan lain-lain juga akan mencatatkan kenaikan. Sementara harga minyak kelapa sawit tahun ini, diproyeksikan naik 5,3%, atau lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 19,8%.
Dia menilai, perbaikan harga komoditas akan memberikan sentimen positif, terutama bagi pergerakan nilai tukar rupiah. Apalagi, proyeksi tersebut telah tercermin dari wilayah penghasil komoditas yang mencatatkan pertumbuhan positif di kuartal IV-2016.
“Kami cukup optimis, harga komoditas bisa memperbaiki penerimaan ekspor non minyak dan gas. Ini akan menyumbang penguatan nilai tukar rupiah,” tutupnya. (*)