Jakarta – Harga CPO berpotensi melemah pada akhir pekan ini, seiring menguatnya pergerakan mata uang ringgit serta data produksi Malaysia yang dirilis turun lebih kecil dari ekspektasi pasar.
Research Staff & Market Analyst Monex Investindo Futures, Faisyal mengatakan, kemarin, Malaysian Palm Oil Association melaporkan bahwa produksi minyak sawit Malaysia turun lebih sedikit dari perkiraan, dengan produksi yang hanya turun 6,4% untuk periode 1-20 Februari, dibandingkan periode yang sama pada bulan sebelumnya.
“Padahal pasar sebelumnya, ekspektasikan penurunan produksi akan sebanyak dua digit atau satu digit lebih besar dari hasil aktualnya,” kata Faisyal di Jakarta, Jumat, 23 Febuari 2018.
Lebih lanjut ujarnya, produksi Malaysia, sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan turun dari bulan sebelumnya, sejalan dengan tren musiman dan hari kerja yang lebih sedikit di bulan Februari.
Baca juga: Outlook Penurunan ekspor Berpotensi Bebani Harga CPO
Untuk pergerakan ringgit sendiri pukul 11:19 WIB terpantau menguat 0,2% di level 3.9075 per dolar AS. Ringgit yang lebih kuat akan membuat harga minyak sawit menjadi lebih mahal untuk pemilik mata uang lainnya.
“Potensi rentang perdagangan hari ini terlihat di antara 2.450 – 2.550 ringgit per ton. Untuk sisi bawahnya, sebelum membidik support di 2.450 harga harus melewati level 2.490 terlebih dahulu, sementara itu untuk sisi atasnya, sebelum menargetkan resistance di 2.550 harga harus menembus atas level 2.525 terlebih dahulu,” jelasnya. (*)