Jakarta – Guna menghadapi tantangan perekonomian global, Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara ASEAN, Jepang, Korea, dan Tiongkok (ASEAN+3).
Gubernur BI, Agus DW Martowardojo mengatakan, ada tiga langkah penguatan yang disepakati dalam pertemuan tersebut, pertama komitmen bersama untuk memperkuat penyediaan fasilitas likuiditas jangka pendek sebagai jaring pengaman keuangan di wilayah regional dalam kerangka Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM).
Kedua, memperkuat unit surveillance regional yaitu ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO). Ketiga pengembangan pasar obligasi berdenominasi mata uang lokal kawasan dalam kerangka Asian Bond Markets Initiative (ABMI).
Bagi Indonesia, kerja sama ASEAN+3 sangat penting, terutama penyediaan fasilitas likuiditas jangka pendek untuk mengantisipasi dan mengatasi krisis keuangan, membantu memonitor dan menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan Indonesia melalui pelaksanaan asesmen terhadap perekonomian Indonesia secara reguler oleh AMRO.
“Lalu mendukung upaya pendalaman pasar keuangan dalam menjaga stabilitas keuangan baik dalam negeri maupun kawasan,” ujar Agus dalam keterangannya, di Jakarta, Rabu, 4 Mei 2016.
Menurutnya, dalam menghadapi perekonomian global yang masih tidak berimbang serta ketidakpastian dan risiko ke depan, kawasan ASEAN+3 diharapkan dapat menjadi mesin pertumbuhan. Untuk itu, kerja sama antar negara menjadi penting.
Dalam pertemuan ini dilakukan pertukaran pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan kawasan yang masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Gubernur BI juga menyampaikan penjelasan mengenai perkembangan ekonomi serta kebijakan yang telah diambil oleh Indonesia.
Berbagai kebijakan yang diambil BI, bertujuan untuk mengantisipasi pelemahan pertumbuhan ekonomi global, termasuk implementasi bauran kebijakan yang dinilai efektif dalam menjaga stabilitas keuangan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi domestik. (*)
Editor : Apriyani K