Jakarta – PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatat pertumbuhan pembiayaan sebesar 2% di kala tantangan pandemi Covid-19 menghadang. Per Juni 2020, outstanding pembiayaan perseroan mencapai Rp8,74 triliun dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,54 triliun.
Tetap menjaga optimisme masyarakat prasejahtera produktif menjadi fokus manajemen BTPN Syariah di tengah pandemi. Cara ini dinilai efektif untuk terus menyalakan semangat berusaha kepada nasabah pembiayaannya. Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad mengatakan, optimisme dibangun melalui komunikasi intensif yang dilakukan langsung oleh community officer, sebutan bagi petugas lapangan Bank yang bertugas tidak hanya melayani transaksi perbankan nasabah, namun juga melakukan pendampingan melalui berbagai program pemberdayaan yang sejak awal pelayanan dilakukan dengan cara mendatangi langsung di sentra sentra nasabah.
“Dalam situasi pandemi seperti ini, meski ada tantangan dengan pembatasan pertemuan fisik, namun petugas kami tetap membangun komunikasi melalui telepon atau pesan singkat. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak terhadap usaha yang mereka lakukan, kemudian saling menyemangati, membangun optimisme, dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan mereka. Intinya, dalam situasi sulit ini, kami harus lebih dekat dengan nasabah kami,” tutur Fachmy di Jakarta, Rabu (29/7/2020).
Dengan komunikasi tersebut terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi. Misalnya, mencoba mengubah fokus produksi mereka. Salah satu contoh, lanjut Fachmy, adalah Ibu Ai Rodiah di Cikajang Garut Jawa Barat, nasabah yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi APD yang dibutuhkan tenaga medis. Tak jarang, dengan adanya ide ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan.
“Jadi berbagai cara kami lakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala, inilah hal terpenting dalam melayani mereka saat ini, membuat semangat BDKS (Berani Berusaha, Disipilin, Kerja Keras dan Saling Bantu) yang dibangun selama ini tetap mereka jalankan. Bagi nasabah yang masih dapat dikunjungi, petugas kami menjalankan protokoler kesehatan yang ketat, seperti selalu membawa thermo gun, dan menyebarluaskan informasi tentang pencegahan Covid melalui berbagai tips kesehatan,” ucapnya.
Memahami kebutuhan nasabah prasejahtera di tengah pandemi adalah hal penting yang dapat dilakukan oleh seluruh #bankirpemberdaya, sebutan untuk karyawan BTPN Syariah. Selain tetap memberikan dukungan non finansial melalui komunikasi, bank juga tetap memberikan kemudahan bagi nasabah yang terdampak. Mulai dari restrukturisasi, penundaan angsuran, hingga memberikan pembiayaan baru.
“BTPN Syariah memberikan dukungan penuh sesuai kebutuhan nasabah pembiayaan, namun tetap mengedepankan prinsip kehati hatian. Dalam masa menantang seperti ini, bank tentunya selektif mengucurkan pembiayaan baru kepada nasabah baru, agar terhindar dari risiko bermasalah. Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh pembiayaan baru,” kata Fachmy lagi.
Fachmy juga menjelaskan, dari semua cerita baik ini tidak dapat dimungkiri, seperti informasi yang pernah disampaikan pemerintah bahwa segmen UMKM paling terdampak karena pandemi ini, dan BTPN Syariah sebagai bank yang fokus melayani ultra mikro tentunya juga merasakan dampaknya, serta mempengaruhi kinerja bank.
“Karena fokus melayani prasejahtera yang merupakan nasabah ultra mikro, tentunya secara alamiah pandemi ini memberi dampak terhadap kinerja perusahaan. Namun kami telah melakukan antisipasi dengan baik, seperti meningkatkan setinggi tingginya pencadangan, dengan demikian Insya Allah kami akan menyerap semua risiko yang mungkin timbul di masa mendatang sebagai akibat perlambatan pertumbuhan bisnis karena pandemi. Ini dilakukan sebagai bagian tanggung jawab kami kepada semua stakeholders. Kami juga berusaha keras agar rasio rasio likuiditas terjaga dengan baik dan sehat, sehingga kuat menopang target yang telah dicanangkan,” tukas Fachmy.
Dadi rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,8%. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,3%. Rasio intermediasi (Financing to Deposit Ratio/FDR) mencapai 92%, Likuiditas Jangka Pendek dan Panjang (NSFR and LCR) di angka 190% dan 244%. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7% menjadi Rp9,46 triliun dari Rp8,88 triliun.
Per paruh tahun 2020, total aset perseroan tumbuh 10% menjadi Rp15,27 triliun dari Rp 13,94 triliun. Adapun Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar, dan per 7 Juli 2020, BTPN Syariah telah meningkat menjadi Bank kategori BUKU III. (*)