Jakarta – Di penghujung tahun 2022 dan dalam menyambut tahun baru 2023 yang masih dipenuhi oleh ketidakpastian global, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menjelaskan, Indonesia masih harus tetap waspada dan optimis.
Selain itu, ia menambahkan kunci dari Indonesia dalam menghadapi gejolak global adalah melalui 3 S, yaitu, Syukur, Semangat, dan Sinergi. “Satu kita bersyukur lah, di gejolak global ini Indonesia one of the best economic performance,” ucap Perry dalam panel diskusi pada Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu, 21 Desember 2022.
Kemudian, S yang kedua, ia memaparkan bahwa di tahun depan Indonesia harus tetap semangat, waspada dan tetap optimis. Lalu, S yang ketiga adalah sinergi dalam menghadapi kesulitan yang harus dihadapi ke depannya.
Melalui 3 S tersebut, BI masih optimis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan berada pada rentang 4,5-5,3%. Proyeksi tersebut nantinya juga harus dibarengi oleh dukungan fiskal, konsumsi, investasi, dan juga ekspor.
“Tahun depan kita perkirakan kalau berkaitan dengan inflasi akhir tahun ini, mungkin sekitar 5,4% tapi tahun depan kalau inflasi yang berkaitan dengan inflasi inti akan dipastikan di bawah 4%,” imbuhnya.
Lalu, dengan adanya koordinasi antara BI dan Kementerian Keuangan, inflasi di semester I-2023 masih akan tetap rendah, sedangkan di semester II-2023 inflasi IHK akan diproyeksi di bawah 4%, sehingga akhir tahun depan inflasi IHK Indonesia diprediksi berada di kisaran 3%.
“Kalau core inflation sudah di bawah 4% di semester I-2022 tapi kalau inflasi IHK karena ada dampak base itu akhir tahun depan sekitar 3%,” ujar Perry.
Adapun, jika dikaitkan dengan neraca pembayaran, Indonesia secara keseluruhan masih mencatatkan surplus USD2,6 miliar dan untuk tahun depan diperkirakan akan terjadi aktivitas dan impor Indonesia yang meningkat, namun, current account Indonesia dipastikan masih seimbang di 0%. (*)