Jakarta – Transformasi digital dalam layanan keuangan mengubah ancaman siber dan dinamika kejahatan keuangan. Biaya cybercrime di Asia Pasifik diperkirakan sekitar US$171 miliar oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional, sementara akumulasi kerugian cybercrime secara global mendekati US$600 miliar atau sekitar 1% dari PDB untuk setiap tahun.
Pelanggaran data baru-baru ini seperti peretasan data dan pencurian identitas telah menyebabkan jutaan data pelanggan tersebar ke jaringan gelap yang menyediakan celah besar terhadap penipuan identitas dan akses ke jaringan internal melalui data karyawan yang dicuri.
Kemajuan pesat dalam teknologi telah mengubah cara organisasi dan orang berinteraksi. Dengan sentrisitas pelanggan di landasan setiap keputusan bisnis, ada keharusan sebuah layanan untuk lebih mudah diakses, lebih responsif dan lebih personal atau dibuat sesuai dengan kebutuhan.
Munculnya kerugian akibat penipuan, pembobolan data, dan laporan insiden ketidakpatuhan merupakan indikasi dari pola kejahatan finansial 4.0. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan kejahatan keuangan perlu diperbarui.
Unduh panduan ini https://hubs.ly/H0YNzrQ0 untuk memahami pola ancaman modern dan solusi praktis untuk bertahan dan berkembang dalam ekonomi digital saat ini, serta untuk mendapatkan wawasan tentang poin-poin utama yang mendasari dinamika penipuan/fraud, pencucian uang, dan ancaman teroris. (*) Steven Widjaja
https://hubs.ly/H0YNzrQ0