Jakarta – Saat hadir pada acara “Securitization Summit 2022” pada pertengahan tahun lalu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kecemasannya. Dia bilang, generasi milenial ke depan akan semakin sulit punya rumah, karena kenaikan harga rumah tidak sebanding dengan pendapatan mereka.
“Mereka membutuhkan rumah. Tapi mereka cannot afford untuk mendapatkan rumah. Mereka butuh, tapi cannot afford karena purchasing power mereka dibandingkan harga rumahnya, lebih tinggi,” ujar Sri Mulyani. Dia lantas mengajak seluruh pemangku kepentingan, seperti Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), membuat kerangka kebijakan untuk membangun ekosistem pembiayaan perumahan di Indonesia.
Tak perlu waktu lama, hanya hitungan sekitar enam bulan, ajakan Sri Mulyani langsung direspon oleh Bank Tabungan Negara (BTN) dengan meluncurkan produk layanan masa depan: SuperApp BTN Mobile. Produk layanan yang menggabungkan ekosistem perumahan dengan teknologi ini akan diluncurkan secara resmi bertepatan dengan peringatan HUT ke-73 BTN pada 9 Februari 2023.
“Kita ingin aplikasi ini menjadi penghubung, dan kita masuk ke dalam ekosistem tidak satu-satu. Dari aplikasi ini kita sudah one stop shopping di bidang perumahan. Kita bisa koneksi antara BTN dan ekosistem yang sudah besar dan spesifik di perumahan,” ujar Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo kepada Infobanknews.com, bulan lalu.
SuperApp BTN Mobile ini sedikit banyak akan mengurangi kecemasan Sri Mulyani. Sebab, dengan produk layanan ini generasi milenial akan didekatkan ke ekosistem perumahan. Dengan SuperApp BTN Mobile, mereka bisa memilih rumah idaman, mencari agen properti, mengurus akad jual-beli, mencari arsitek, melakukan renovasi, membeli perabotan, atau sekadar membetulkan genteng bocor.
“Kita sudah menjalin kemitraan dengan vendor terkait perumahan, seperti Mitra10, ACE Hardware, dan Depo Bangunan. Bahkan dengan toko-toko bangunan yang jadi agen Semen Indonesia,” ungkap Direktur IT dan Digital BTN Andi Nirwoto kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Apalagi, berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), alasan gen milenial tidak membeli rumah tak semata soal purchasing power. Bahkan, alasan terbesar karena mereka mengaku belum menemukan rumah yang tepat (28,63%). Sementara, terkait daya beli, hanya 24% (belum mampu secara finansial), 17,27% (belum bisa membayar down payment/DP), 10,49% (belum mampu membayar cicilan KPR), 0,44% (masih ada cicilan lain), 5,46% (belum memerlukan hunian), dan 2,79% (belum terpikir punya hunian).
Jika terkait purchasing power, gen milenial juga sekarang tak perlu pusing. Sebab, pemerintah telah menyiapkan setidaknya lima skema subsidi KPR (kredit kepemilikan rumah): Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Program Satu Juta Rumah, Program Kredit Kepemilihan Rumah Subsidi Selisih Bunga (KPR SSB), Program Subsidi Bantuan Uang Muka, dan Program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT).
Gen milenial tinggal memilih, skema apa yang cocok untuk mereka mengajukan KPR. Bahkan, kalau masih ragu mau beli rumah atau sekadar sewa, mereka bisa mencoba program Rent To Own (RTO). Selama tiga tahun sewa rumah, jika cocok dan ingin beli, tinggal mengajukan KPR di akhir masa sewa, dengan DP yang telah disisihkan dari uang sewa. Jika tidak cocok, ya tinggal lanjut sewa, atau pindah ke tempat baru.
Jadi, sekarang tak ada alasan lagi bagi Sri Mulyani, untuk mencemaskan gen milenial. Lihat saja, mereka saat ini sedang asik dengan SuperApp BTN Mobile: mencari rumah idaman, sambil ngemil dan rebahan. (*) Steven Widjaja