Jakarta – Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) cabang Surabaya koordinator Jawa Timur menyelenggarakan Seminar Series Kajian Kebijakan Publik (KKP) 5.0 dan Diseminasi KKP 4.0.
Digelar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UPN ”Veteran” Jawa Timur, 28 Mei 2024, seminar ISEI ini bertujuan mendapatkan masukan dalam penyusunan Buku KKP 5.0.
Adapun pesertanya berasal dari berbagai perwakilan, seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, akademisi, pelaku usaha dan pemerintah. Mereka diajak untuk memberikan masukan dalam merumuskan model hilirisasi pangan yang tepat bagi Indonesia.
Pengurus Pusat PP ISEI, Donni Fajar Anugrah Ph.D mengatakan bahwa buku KKP yang diseminarkan ini merupakan hasil kerja seluruh pengurus ISEI yang diprakarsai oleh bidang II tentang Kebijakan.
Baca juga: Ekonom CORE: Hilirisasi Mulai Dongkrak Rasio Ekspor Produk Bernilai Tambah
“Kami menyusun draft tentunya perlu masukan. Outputnya dari forum diskusi ini akan dikaji dan dimuat di buku KKP yang akan disampaikan Ketua Umum ISEI langsung ke Presiden RI,” kata Donni dikutip 1 Juni 2024.
Dia melanjutkan, ada banyak tantangan jika bicara soal hilirisasi. Untuk mendorong hilirisasi, salah satu hal penting yang harus dipersiapkan adalah sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
“Untuk mendorong industrialisasi, termasuk hilirisasi, human capital atau SDM harus siap. Siap dengan pendidikan dan skill,” ujarnya.
Selain kesiapan SDM, hilirisasi dalam hal pangan juga dihadapkan tantangan lain. Terutama terkait ketahanan pangan di Indonesia yang dinilai masih rendah.
“Faktanya sekarang ketahanan pangan cukup jauh. Kemudian kalau kita lihat hilirisasi sektor pangan ini juga berkaitan erat dengan berbagai industri. Namun perlu juga lihat ke hulunya, kalau kita ngomong hulu tapi hilirnya nggak beres kan jadi masalah juga,” kata Ketua ISEI Cabang Surabaya Dr. Drs. Soni Harsono, M.Si di kesempatan yang sama.
Dia mencontohkan, terkait soal hulu di pertanian, di mana ketersediaan lahan perkebunan kini makin berkurang. Sementara dari sisi usia SDM petaninya pun sudah masuk kategori tidak produktif.
“Itu problem dan kompleks. Yang jadi masalah juga sebenernya saat petani menanam cost-nya tinggi, tapi saat dijual harga rendah,” tambahnya.
Baca juga: Gapai Hilirisasi Industri Komponen, Menteri Teten Minta Pelaku Sektor Otomotif Gandeng UMKM
Di sisi lain, menurut Pengurus Bidang II PP ISEI, Reza Anglingkusumo, PhD, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus membaik. Untuk itu, pentingnya peran hilirisasi untuk mendorong kebangkitan ekonomi.
“Hilirisasi, utamanya di sektor pangan, dapat memberikan dampak positif pada sektor tenaga kerja serta peningkatan value added pada produk pertanian yang dihasilkan,” ujarnya,
Secara keseluruhan, diskusi berjalan dengan baik dan memperoleh beberapa masukan penting untuk memperkaya penulisan Buku KKP 5.0. (*)