Gegara Ini, Harga Minyak Sempat Anjlok di Bawah USD70 per Barel

Gegara Ini, Harga Minyak Sempat Anjlok di Bawah USD70 per Barel

Jakarta – Harga minyak mentah anjlok setelah adanya laporan bahwa Israel mengurunkan niatnya menyerang fasilitas nuklir Iran.

Dinukil VOA Indonesia, Rabu (15/10, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dari 5 persen menjadi di bawah USD70 per barel pada satu tahap, tetapi pulih kembali ke USD70,58. Adapun, harga minyak mentah berjangka Brent North Sea, turun ke level 4,1 persen. 

Diketahui, serangan rudal balasan Iran terhadap Israel pada bulan ini membuat harga minyak mentah melonjak. Hal ini lantaran kekhawatiran akan adanya serangan lanjutan yang mengganggu pasokan minyak.

Baca juga : Harga Minyak Dunia Turun Imbas The Fed Pangkas Suku Bunga

“Namun laporan tentang jaminan PM Israel telah meredakan sebagian dari kekhawatiran mengenai pasokan itu,” kata Analis Ekuitas Senior Hargreaves Lansdown, Matt Britzman, dikutip Rabu, 16 Oktober 2024.

“Dengan premi risiko geopolitik yang turun, harga sekali lagi ditentukan oleh gambaran tentang permintaan yang sedang bergejolak,” tambahnya.

Sementara itu, Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) mengatakan, pasar minyak global cukup tersuplai berkat berakhirnya blokade minyak Libya, melemahnya permintaan, dan kerugian produksi yang relatif kecil akibat badai di kawasan Teluk Meksiko di AS.

Baca juga : Susul Minyak Dunia, Harga Emas Melemah

Kekhawatiran bahwa China, importir minyak mentah terbesar di dunia, gagal menghidupkan kembali ekonominya yang sedang terpuruk, menambah tekanan ke bawah.

Investor kecewa dengan kurangnya perincian dari Menteri Keuangan China, Lan Fo’an mengenai skala langkah stimulus untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

“Ke mana pun Anda melihat, China sangat membutuhkan dukungan fiskal, dengan permintaan domestik yang sangat lemah di samping ekonomi yang menghadapi tekanan deflasi dan permintaan global yang lebih lemah,” pungkasnya Rodrigo Catril, seorang ahli strategi senior di National Australia Bank. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Top News