Jakarta – Bank Indonesia (BI) merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 yang berpotensi lebih rendah dari prakiraan sebelumnya di sekitar 3,0 persen.
“Perekonomian dunia melemah sejalan dengan meluasnya implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS),” kata Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam Konferensi Pers RDG, Rabu, 20 Agustus 2025.
Perry menjelaskan, sejak 7 Agustus 2025, tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) meluas dari 44 negara menjadi 70 negara, dengan tarif kepada sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula. Implementasi tarif resiprokal AS tersebut menimbulkan risiko akan semakin melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.
Baca juga: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen di 2026, Sri Mulyani Beberkan Jurusnya
Di Amerika Serikat (AS), lanjut Perry, prospek pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan lebih rendah sejalan dengan melemahnya permintaan domestik.
“Ekonomi India juga melemah seiring dampak tarif AS yang lebih tinggi sehingga menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur,” jelas Perry.
Sementara ekonomi Eropa, Jepang, dan Tiongkok diprakirakan lebih baik seiring dengan kesepakatan tarif yang lebih rendah dan topangan belanja fiskal. Kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah dan menurunnya inflasi mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter yang akomodatif, kecuali Jepang.
Baca juga: BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5 Persen di Agustus 2025
“Di AS, tekanan inflasi yang cenderung menurun mendorong semakin kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan,” tambahnya.
Meskipun demikian, kata Perry, dalam jangka pendek ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut dan perlu tetap diwaspadai guna menjaga ketahanan ekonomi domestik dari dampak rambatan global. (*)
Editor: Galih Pratama









