Jakarta – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengalami kerugian bersih USD27 juta di semester I 2024. Ini berbanding terbalik di tahun lalu yang mencatatkan laba sebesar USD5 juta.
Perseroan menjelaskan, hasil dari rugi bersih tersebut dipicu oleh kerugian selisih kurs sebesar USD12 juta akibat fluktuasi nilai tukar mata uang yang merugikan dari IDR dan AUD terhadap USD. Namun, kerugian selisih kurs membaik pada kuartal II 2024 menjadi USD0,7 juta menurun dari USD11,5 juta pada kuartal I-2024.
Baca juga: Genjot Bisnis, Delta Dunia Makmur (DOID) Tambah Saham di Asiamet jadi Segini
Jika kerugian selisih kurs dinormalisasi, bersama dengan dampak dari Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan biaya persetujuan satu kali (one-off consent costs), kerugian bersih Delta Grup sebesar USD1 juta mendekati break even, yang menunjukkan ketahanan bisnis.
Meski begitu, pendapatan perseroan pada semester I 2024 tetap stabil sebesar USD855 juta year on year (yoy). Namun, EBITDA mengalami penurunan 9 persen yoy menjadi USD160 juta, dipicu oleh volume yang lebih rendah.
Direktur Delta Dunia Group, Dian Andyasuri, mengatakan bahwa, di tengah kondisi cuaca ekstrem dan pelemahan nilai tukar mata uang, Delta Dunia Group menghasilkan kinerja yang stabil pada semester pertama tahun 2024.
Baca juga: Capital Financial Indonesia Bidik Pendapatan Tembus 7,86 Triliun di 2024
“Ketahanan ini mencerminkan kejelian strategis kami dalam menavigasi risiko yang tak terkendali dan komitmen kami untuk mentransformasi bisnis dan mendiversifikasi sumber pendapatan kami, memosisikan kami untuk pertumbuhan yang berkelanjutan menuju ekonomi rendah karbon,” ucap Dian dalam keterangan resmi dikutip, 1 Agustus 2024.
Adapun, untuk arus kas operasional pada semester I-2024 meningkat 15 persen yoy, mencapai sekitar USD164 juta yang didorong oleh peningkatan yang signifikan dalam pengelolaan modal kerja.
Meski begitu, arus kas bebas menurun karena investasi yang signifikan pada aset-aset seperti Sun Energy dan akuisisi strategis Atlantic Carbon Group, Inc (ACG) yang baru saja dirampungkan. Jika dinormalisasi dengan akuisisi ACG, arus kas bebas akan menjadi USD68 juta dibandingkan dengan negatif USD47 juta. (*)
Baca juga: Galih Pratam