Jakarta – Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 17.000 ribu karyawan, atau 10 persen dari tenaga kerja globalnya.
Aksi pemangkasan karyawan ini buntut perusahaan mengalami kerugian senilai USD5 miliar pada kuartal ketiga, akibat mogok kerja yang sudah berlangsung lebih dari satu bulan.
CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan, pemangkasan karyawan diperlukan untuk melakukan penyesuaian postur keuangan perusahaan, usai aksi mogok massal oleh 33.000 pekerja di Pantai Barat AS yang menghentikan produksi jet 737 MAX, 767 dan 777.
Baca juga : Boeing Laporkan Kerugian Sebesar USD343 Juta di Kuartal I-2024
“Selama beberapa bulan mendatang, kami berencana mengurangi jumlah total tenaga kerja sekitar 10 persen. Pengurangan ini mencakup para eksekutif, manajer dan karyawan,” kata Ortberg dinukil Reuters, Senin, 14 Oktober 2024.
Diketahui, perubahan kebijakan besar-besaran ini menjadi langkah berani yang dilakukan Ortberg yang baru menjabat pada Agustus 2024.
Ia berjanji untuk mengatur ulang hubungan dengan serikat pekerja dan para karyawannya. Boeing, yang dijadwalkan merilis kinerja kuartal III/2024 pada 23 Oktober mendatang memperkirakan pendapatan sebesar USD17,8 miliar. Kemudian, kerugian per saham sebesar USD9,97, dan arus kas operasional negatif yang lebih baik dari perkiraan sebesar USD1,3 miliar.
Baca juga : Gegara Ini, TikTok Mau PHK Ratusan Karyawan Global
Sementara itu, lembaga pemeringkat S&P memperkirakan pemogokan ini merugikan Boeing sebesar USD1 miliar per bulan dan Boeing berisiko kehilangan peringkat kredit layak investasi.
Manajer Ekuitas di Great Hill Capital, Thomas Hayes menilai, aksi PHK tersebut bisa memberikan dampak tekanan pada karyawan untuk mengakhiri mogok kerja.
“Saya memperkirakan pemogokan akan selesai dalam waktu seminggu karena para pekerja ini tidak ingin menjadi bagian dari gelombang PHK berikutnya yang melibatkan 17.000 orang,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama