Jakarta – PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) mencatat pembiayaan baru di kuartal I-2020 sebesar Rp 8,4 trilliun. Angka tersebut menurun 11% (yoy) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena melemahnya daya beli konsumen akibat dari penyebaran Virus Corona (COVID-19), dan penurunan harga komoditas seperti minyak, batu bara, dan CPO.
“Secara keseluruhan penjualan segmen sepeda motor dan mobil mengalami penurunan, relative sejalan dengan penurunan industri di sepanjang kuartal I-2020,” ujar Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 30 April 2020.
Namun demikian, kata Hafid, piutang yang dikelola Adira Finance berhasil tumbuh sebesar 4% (yoy) menjadi Rp54,7 triliun di tengah Iesunya industri otomotif. Adapun piutang sepeda motor tumbuh 7% menjadi Rp26,2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sedangkan piutang mobil meningkat tipis 2% menjadi Rp28,1 triliun. Perseroan tetap melakukan penyaluran pembiayaan baru walaupun disesuaikan dengan kriteria dan kondisi saat ini.
“Kami telah mengambil langkah inisiatif untuk memastikan keselamatan karyawan serta kami juga tetap melanjutkan operasi bisnis,” ucap Hafid Hadeli.
Sementara itu, pembiayaan sepeda motor Adira Finance pada kuartal I-2020 mengalami penurunan sebesar 13% menjadi Rp4,1 triliun dimana segmen motor baru hanya mengalami sedikit penurunan sebesar 2% menjadi Rp3,4 triliun. Honda berkontribusi terbesar dengan komposisi 64% dari total pembiayaan sepeda motor, sementara Yamaha berkontribusi kedua terbesar dengan komposisi 29% dari total pembiayaan.
Secara keseluruhan, pembiayaan mobil baru turun sebesar 27% (yoy) menjadi Rp1,7 triliun, akibat dampak dari melemahnya penjualan industri mobil disertai dengan penurunan permintaan dari segmen komoditas. Total pembiayaan komersial turun 36,3% menjadi Rp1 triliun dan segmen penumpang turun 30,3% menjadi Rp1,8 triliun. Komposisi masing-masing segmen komersial dan segmen penumpang adalah 37% dan 63% di kuartal I-2020.
Kinerja keuangan Adira Finance mengalami kenaikan pada kuartal l-2020 seiring pertumbuhan aset pembiayaan. Perusahaan mencatatkan kenaikan pendapatan bunga sebesar 5,5% (yoy) menjadi Rp3,1 triliun, sementara biaya bunga naik 6,4% (yoy) menjadi Rp1,2 triliun. Sehingga pendapatan operasional naik sebesar 8,7% (yoy) menjadi Rp2,1 triliun. Beban operasional juga mengalami kenaikan sebesar 7,0% (yoy) menjadi Rp969 miliar.
“Secara keseluruhan laba bersih setelah pajak perusahaan nalk 12,5% menjadi Rp520 miliar. Sehingga rasio ROA da ROE juga mengalami kenaikan dlbandingkan kuartal pertama tahun sebelumnya masing-masing menjadi 6,1% dan 28,5%,” ucapnya.
Di sisi lain, pembiayaan bermasalah (NPL) perseroan juga ikut meningkat dari 1,7% menjadi 1,8% dari piutang yang dikelola di kuartal I-2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurutnya, manajemen akan Iebih berhati-hati dan selektif dalam penyaluran pembiayaan baru dalam menghadapi lingkungan bisnis yang memburuk. Gearing Ratio turun menjadi 3,0x dari 3,5x di kuartal I-2019, yang jauh Iebih rendah dari level OJK yang diatur pada 10x.
Ia menambahkan, total pinjaman eksternal perusahaan turun 4% menjadi Rp22,1 triliun di kuartal I-2020. Penurunan total pinjamanan ini dikarenakan turunnya total pinjaman pada obligasi dan sukuk sebesar 10% menjadi Rp9,6 triliun atas obligasi dan sukuk yang jatuh tempo sebesar Rp4,7 triliun hingga kuartal I-2020. Sementara itu, total pinjaman bank naik sebesar 2% menjadi Rp12,5 triliun yang terdiri dari 33% pinjaman dalam negeri, sedangkan 67% pinjaman luar negeri.
“Kami sepenuhnya melakukan lindung nilai atas pinjaman luar negeri kami baik dalam tingkat bunga pokok maupun tingkat bunga. Selain itu, kita juga mendapatkan dukungan dari perusahaan induk yaitu Bank Danamon dalam bentuk Pembiayaan Bersama yang mewakili 44% dari piutang yang dikelola hingga Maret 2020,” tambah Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila. (*)