Jakarta – Platform pembayaran kredit digital atau paylater, Kredivo menggandeng perusahaan konsultan teknologi Searce dalam upaya percepatan penyediaan keuangan digital yang mudah diakses dengan berbasiskan data.
Bagi Kredivo, hal tesebut menjadi sangat penting sejalan dengan peningkatan signifikan terhadap pengguna layanan paylater di e-commerce. Berdasarkan Laporan Perilaku Konsumen E-Commerce 2022, pengguna paylater pada 2022 tercatat 28,2% naik menjadi 45,9% di 2023.
“Perilaku masyarakat semakin beralih ke digital dan fleksibilitas yang ditawarkan paylater, membuat metode pembayaran ini digemari. Implikasinya, data yang harus diolah dan dianalisis semakin banyak, juga kompleks,” ungkap Muhamad Rohman, Lead Data Infrastructure Kredivo di Jakarta, 21 Juni 2023.
Sejauh ini, lanjut Rohman, Kredivo telah menggunakan teknologi BigQuery dari Google Cloud. BigQuery merupakan data warehouse yang dirancang untuk pengambilan keputusan berdasarkan data, bukan intuisi.
“Teknologi ini mampu mengelola, memantau, dan mengatur data secara terpusat yang sepenuhnya terkelola tanpa server. Penggunaan BigQuery untuk platform analitycs ini mampu meningkatkan efisiensi sampai dengan 30%,” ujarnya.
Selain kebutuhan akan performance, kata Rohman, Kredivo juga concern terhadap keamanan data pelanggan. Di mana BigQuery sendiri miliki fitur keamanan data pelanggan yang sudah berstandar google.
“Tingkat keamanannya sudah terverifikasi google, bahkan secara detail bisa mengamankan data hingga ke level kolom,” ujarnya.
Adapun kemitraan dengan Searce sendiri akan membantu Kredivo dalam pengelolaan data, meningkatkan performance bisnis dan mengatasi gangguan yang tidak bisa diprediksi seperti ledakan volume data, serangan siber, dan lainnya.
“Kami akan bantu Kredivo dalam solusi pengelolaan dai sisi teknologi-nya, agar konsumen kita seperti Kredivo lebih fokus pada pengembangan bisnis,” ujar Benedikta Satya, Country Director Searce Indonesia.
Menurutnya, data telah menjadi nafas bagi pengembangan bisnis. Banyak perusahaan yang menghasilkan, mengumpulkan dan menyimpan sejumlah besar data tetapi banyak terbuang sia-sia karena tidak memaksimalkan cara penganalisaan data.
“Disrupsi teknologi dapat membantu perusahaan untuk memecah silo data dan analitik untuk membuat keputusan berdasarkan data dan mengatasi gangguan yang tidak dapat diprediksi seperti ledakan volume data, serangan siber, perubahan regulasi dan retensi pelanggan,” ungkapnya.
Bersama kredivo, lanjut Benedikta, pihaknya ingin menjadi bagian dari perjalanan digital transformasi khususnya dalam hal strategi pengelolaan big data.
“Bersama dengan Kredivo kami berkomitmen untuk terus memperkuat keuangan digital Indonesia yang dipercaya akan mencapai 40% dari total transaksi ekonomi digital,” tutupnya. (*)
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi membuka penjualan tiket kereta cepat Whoosh… Read More
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More