Fungsi Intermediasi Melambat, Laba Bank Mega Syariah Anjlok 28,79 Persen di September 2024

Fungsi Intermediasi Melambat, Laba Bank Mega Syariah Anjlok 28,79 Persen di September 2024

Jakarta – Kinerja Bank Mega Syariah terlihat melemah. Berdasarkan laporan keuangan publikasi periode September 2024 (triwulan III 2024) yang dirilis Rabu, 13 November 2024, fungsi intermediasi bank ini melambat dan perolehan laba menurun.

Bank Mega Syariah yang dipimpin Yuwono Waluyo sebagai direktur utama ini mencatatkan kinerja laba yang menurun signifikan pada September 2024, seiring dengan tekanan pada pendapatan setelah distribusi bagi hasil, serta beban operasional yang masih harus dikelola lebih ketat.

Per September 2024, laba bersih Bank Mega Syariah tercatat Rp136,17 miliar, turun 28,79 persen secara tahunan (yoy). Penurunan ini salah satunya disebabkan susutnya pendapatan setelah distribusi bagi hasil sebesar 19,49 persen, menjadi Rp450,60 miliar.

Komponen utama dalam pendapatan setelah distribusi bagi hasil, yakni pendapatan dari penyaluran dana, juga menunjukkan penurunan meski lebih moderat, 2,01 persen, menjadi Rp890,17 miliar. Sementara, bagi hasil yang diberikan kepada pemilik dana investasi justru meningkat signifikan, 26,05 persen, menjadi Rp439,57 miliar. Kondisi ini memberikan dampak pada laba yang diterima bank yang menjadi bagian dari Grup Mega Corpora ini.

Baca juga: Kinerja Solid, Laba Bank Sampoerna Tembus Rp52 Miliar per Kuartal III 2024

Selain itu, tekanan juga datang dari beban operasional yang perlu dikelola lebih baik agar tidak semakin membebani laba. Meski beban operasional lainnya mengalami penurunan 10,82 persen, menjadi Rp284,34 miliar, namun rasio BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional) meningkat dari 75,48 persen menjadi 82,86 persen. BOPO yang mendaki menunjukkan adanya penurunan efisiensi operasional bank.

Di sisi fungsi intermediasi, dana pihak ketiga (DPK) Bank Mega Syariah turun 8,74 persen menjadi Rp10,49 triliun. Penurunan DPK ini terlihat terutama pada deposito, yang turun tajam 15,02 persen menjadi Rp6,21 triliun.

Meski begitu, dana murah (CASA) yang terdiri dari giro dan tabungan mengalami kenaikan sebesar 5,71 persen. Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap rasio dana murah terhadap DPK, yang naik dari 30,32 persen di September 2023 menjadi 35,12 persen di September 2024. Kondisi ini menunjukkan adanya upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dana mahal demi efisiensi biaya dana (cost of fund).

Sementara, pembiayaan Bank Mega Syariah turun 2,41 persen dari Rp7,44 triliun pada September 2023 menjadi Rp7,26 triliun. Penurunan pembiayaan ini bertolak belakang dengan kinerja kredit industri perbankan nasional yang justru tumbuh 10,85 persen pada periode yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Mega Syariah sedang menghadapi tantangan dalam memperluas penyaluran dana di tengah pertumbuhan kredit industri yang sedang naik.

Meski demikian, kualitas aset Bank Mega Syariah masih terjaga dengan baik, tercermin dari NPF (non performing financing) gross yang turun tipis dari 0,95 persen menjadi 0,91 persen, sementara NPF net sedikit naik menjadi 0,78 persen. Angka ini masih jauh di bawah batas aman NPL/NPF 5 persen, menunjukkan bahwa bank berhasil menjaga kualitas pembiayaannya di tengah kondisi yang menantang.

Lebih jauh, kinerja keuangan Bank Mega Syariah juga mengalami penurunan dalam hal profitabilitas. Rasio pengembalian aset (ROA) turun dari 2,00 persen menjadi 1,46 persen, dan rasio pengembalian ekuitas (ROE) merosot dari 10,47 persen menjadi 7,07 persen.

Baca juga: Super! Laba Nobu Bank Terbang 116,71 Persen di Triwulan III 2024 jadi Rp226,26 Miliar

Hal ini mengindikasikan penurunan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aset dan ekuitas yang dimiliki. Selain itu, net operation margin (NOM) juga menurun menjadi 1,35 persen dari 1,98 persen, menunjukkan bahwa profitabilitas operasional bank turut mengalami tekanan.

Di sisi lain, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) bank meningkat dari 28,97 persen menjadi 31,41 persen, mengindikasikan posisi permodalan yang kuat. Modal inti juga tercatat naik dari Rp2,51 triliun menjadi Rp2,64 triliun. Posisi modal yang kuat ini merupakan fondasi penting bagi Bank Mega Syariah dalam menghadapi risiko dan memperkuat ketahanan di tengah penurunan laba.

Di akhir September 2024, Bank Mega Syariah membukukan total aset Rp16,90 triliun. Secara tahunan aset itu tumbuh 14,41 persen. (*) Ari Nugroho

Related Posts

News Update

Top News