Jakarta — Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UGM (HIMIESPA) kembali menggelar seminar tahunan dari beberapa rangkaian acara Forum Studi dan Diskusi Ekonomi (FSDE) di Royal Ambarrukmo Hotel, Yogyakarta pada 9 s/d 17 November 2018. Memperingati dan membahas 20 tahun krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998, tahun ini FSDE mengangkat tema “Reviving Hope: Fostering Economic Resilience in the Post Crisis Era”.
Seminar ini diikuti oleh 200 lebih peserta dari mahasiswa dan umum. Acar ini dimoderatori oleh A. Tony Prasetiantono (Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM) dengan narasumber Wakil Presiden Republik Indonesia 2009-2014, Boediono, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan, Dr. Halim Alamsyah, S.E., S.H., M.A, dan Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk, Cyrillus Harinowo, Ph.D.
Boediono dalam awal seminar mengatakan bahwa sejatinya krisis merupakan bagian tak terpisahkan dari negara yang harus selalu diwaspadai. Krisis yang tidak dikelola dengan baik akan membawa kemunduran bagi perekonomian negara yang telah dibangun setelah sekian lama. Untuk mencegah hal tersebut, negara bertugas untuk mengelola dan mengurangi kegagalan pasar dari volatilitas ekonomi global yang mampu memicu terjadinya krisis.
Halim menanggapi lebih lanjut dari sudut pandang perbankan serta peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam hal ini. Ia mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah yang mencapai 12% selama dua tahun terakhir tidak mengusik ketenangan inflasi. Reaksi yang dihasilkan jelas berbeda dengan krisis Indonesia pada tahun 1998 di mana inflasi besar-besaran langsung terjadi setelah rupiah jatuh. Kondisi inflasi yang stabil ini mencerminkan kultur fiskal dan moneter yang sudah tertata dengan stabil. Hal ini didukung oleh kondisi perbankan Indonesia saat ini yang prudent dan balance dan tercermin dari karakteristik well capitalized, likuid, well managed, dan profitable.
Sementara Cyrillus pada akhir sesi seminar menambahkan pemaparan yang berfokus pada upaya menghidupkan kembali Indonesia pasca krisis. Indonesia dengan kondisi geografis berbentuk kepulauan berpotensi untuk menjadi pusat penyebaran logistik. Proyek pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat yang tengah berjalan merupakan wujud dari upaya optimalisasi di bidang logistik. Pada tahun 2019, proyek ini diperkirakan selesai digarap oleh kontraktor konsorsium Perusahaan Indonesia dan Jepang dan menjadi terminal penyebaran industri otomotif.
“Tahun 2018, Pulau Jawa menjadi pulau terbaik di dunia menurut majalah Travel and Leisure, diikuti dengan Pulau Bali dan Pulau Lombok,” ungkap Cyrillus melalui keterangan tertulisnya yang diterima Senin (3/12/2018).
Acara seminar ini kemudian dilanjutkan dengan dengan talkshow yang bertemakan Moving Forward: Challenges and Opportunities dengan moderator oleh Dosen FEB UGM, Rimawan Pradiptyo, Ph.D dengan tema pelemahan rupiah. Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi mengenai tantangan dan kesempatan yang dimiliki Indonesia kepada pembicara yang hadir yaitu Director of Strategic, Compliance, and Risk PT. Bank Tabungan Negara Tbk, R. Mahelan Prabantarikso, Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Republik Indonesia, Amalia Adininggar Widyasanti, S.T., M.Si., M.Eng., Ph.D, dan Director Investor Relations PT Mitra Adi Perkasa, Fetty Kwartati. (*)