Jakarta – PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE), atau yang dikenal dengan Fore Coffee, resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini, Senin, 14 April 2025, melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO). Fore Coffee menjadi perusahaan ke-12 yang melantai di bursa pada 2025.
Berdasarkan momentum tersebut, CEO Fore Coffee, Vico Lomar, mengungkapkan harapannya agar Perseroan dapat mencetak pertumbuhan laba sekitar 70-80 persen pada 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
“Profit sampai akhir tahun kami berharap bisa naikin kurang lebih sekitar mudah-mudahan kita berharap bisa di atas 70-80 persen daripada tahun ini,” ucap Vico kepada media di Jakarta, Senin, 14 April 2025.
Baca juga: IPO Fore Coffee Laris Manis, Oversubscribe 200,63 Kali
Pertumbuhan tersebut didukung oleh dana hasil IPO yang berhasil dihimpun Perseroan senilai sekitar Rp353,44 miliar. Saham ditawarkan dengan harga Rp188 per lembar, dengan jumlah sebanyak 1,88 miliar saham baru atau setara 21,08 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dari total dana tersebut, sekitar Rp275 miliar akan dialokasikan untuk memperluas jaringan outlet, dengan target pembangunan 140 gerai baru dalam dua tahun ke depan.
Selanjutnya, sekitar Rp60 miliar digunakan untuk ekspansi vertikal melalui pembukaan outlet donat oleh anak usaha, sementara sisanya sebesar Rp18,44 miliar akan dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan modal kerja operasional.
Target 600 Outlet dalam 5 Tahun
Vico menambahkan, dalam lima tahun ke depan, Fore Coffee menargetkan dapat membuka hingga 600 outlet yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di kota-kota tier 1, tier 2, dan tier 3.
“Karena fokusnya masih di Indonesia, dan kalau andai kata sekarang masih 240, berarti lima tahun ke depan masih ada sekitar 350-360 dibagi kurang lebih ada 60-70 outlet per tahun,” imbuhnya.
Ia juga menekankan bahwa seluruh outlet yang akan dibuka akan memperhatikan aspek keberhasilan dan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian.
“Makanya daripada itu kami tidak mau buru-buru, kami tidak mau cepat-cepat sehingga bisa buka di atas 100 untuk setiap tahunnya tetapi kami lihat melakukan due diligence dan feasibility ada spesifik,” ujar Vico. (*)
Editor: Yulian Saputra