Jakarta – Ekonom Senior Faisal Basri mengungkapkan kenaikan inflasi yang diakibatkan tingginya harga pangan dapat menyebabkan lonjakan angka kemiskinan. Jumlah masyarakat miskin bahkan diperkirakan bisa meningkat hingga double digit.
Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat, tingkat kemiskinan Indonesia sebesar 9,71 persen per September 2021. Angka ini diprediksi bakal meningkat di 2022 ini menjadi double digit sejalan dengan kenaikkan harga bahan pokok mulai dari minyak goreng hingga BBM.
Menurut Faisal, lonjakan kemiskinan akibat inflasi mungkin terjadi karena sebagian besar porsi pengeluaran masyarakat miskin dihabiskan untuk membeli bahan makanan. Hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat kaya yang porsi pengeluaran untuk makanannya sedikit.
Faisal Basri mengungkapkan, berdasarkan data BPS per Maret 2021, 20% masyarakat dengan pengeluaran terendah, 64% porsi pengeluarannya dialokasikan untuk bahan pangan. Sementara 20% dari orang dengan pengeluaran tertinggi, alokasi pengeluaran untuk bahan pangan hanya 39,22%.
“Jadi ada legacy yang akan hilang lagi kalau inflasinya tinggi yakni jumlah orang miskin double digit lagi. Padahal Pak Jokowi ingin menghilangkan extreme poverty, kemiskinan ekstrim,” ujar Faisal Basri dalam webinar Infobank ‘bertajuk Harga Kian Mahal, Recovery Terganggu?’ Kamis 7 April 2022.
Padahal, menurutnya, selama ini di masa kepemimpinan Jokowi, tingkat inflasi di Indonesia cenderung terkendali. Bahkan di masa ramadhan tidak ada lonjakan inflasi yang signifikan.
“Oleh karena itu karena prestasi pak jokowi yang fenomenal ini terbatas. Jangan sampai di akhir masa jabatan pak jokowi kehilangan legacy karena tidak bisa lagi kota sebut dia pahlawan untuk mengamankan inflasi ini,” ungkapnya. (*) Dicky F. Maulana