General Manager Sales and Marketing Jababeka Group, Rudy Subrata. (Foto Steven Widjaja)
Jakarta – Peran teknologi dan digitalisasi saat ini sangat besar dalam membantu manusia meningkatkan efisiensi di berbagai sektor industri. Salah satu sistem teknologi canggih yang dapat mendukung efisiensi operasional adalah smart industrial facilities management.
Ahmad Shukri, APAC Technical Director di CBRE—lembaga konsultan pengembangan sektor real estate terkemuka—membagikan pandangannya mengenai implementasi sistem ini.
Baca juga: Ini Dia Rumah Subsidi Terbaik di FIABCI Indonesia-REI Excellence Awards 2024
Ahmad menjelaskan bahwa penerapan smart industrial facilities management membutuhkan perhatian khusus pada sejumlah aspek agar berjalan sesuai rencana dan mencapai hasil yang diinginkan.
Menurutnya, ada empat pilar utama dalam integrasi smart facilities management (smart FM) yang harus dianalisis oleh perusahaan sebelum diterapkan pada kantor atau properti mereka.
Pilar pertama adalah people. Pilar ini mencakup empat unsur utama: pegawai (employees), penduduk (occupants), pengunjung (visitors), dan tenaga kerja fasilitas yang terlatih (trained FM personnel). Ahmad menekankan bahwa keempat unsur ini harus mampu menciptakan produktivitas, kesejahteraan (well-being), dan kenyamanan.
Baca juga: AAJI Bangun Gedung untuk Pengembangan SDM dan Literasi Asuransi
“Anda harus menentukan apa pendorong utama dari penerapan smart FM untuk industri anda. Oleh karenanya, di bawah pilar people, kita ingin memastikan semuanya bisa dilakukan secara efisien untuk meningkatkan produktivitas,” ucap Ahmad dalam acara seminar bertopik “Leading Smart Industrial Facilities Management for the Future” di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2025.
Pilar kedua adalah teknologi. Di bawah pilar ini, inovasi dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi yang diinginkan (scalable), dengan merancang sistem teknologi yang adaptif sesuai kebutuhan perusahaan.
Pilar ketiga adalah aset, yang mencakup unsur pemeliharaan dan siklus hidup (maintenance and lifecycle), manajemen risiko (risk management), pemanfaatan ruang (space utilization), energi dan keberlanjutan (energy and sustainability), serta penghematan biaya (cost savings).
Baca juga: Tiga Fase Pengawasan Aset Kripto, OJK Pastikan Transisi Berjalan Mulus
“Di sini ada risk management yang fokus pada business continuity plan. Bagaimana kita memastikan keberlanjutan bisnis, termasuk bagaimana kita berkomunikasi dengan berbagai stakeholder, yang bisa mengantarkan pada efisiensi biaya,” terangnya.
Pilar terakhir adalah proses, yang mencakup unsur efisiensi, konsistensi, transparansi, kepatuhan, dan pengembangan yang berkelanjutan. Ahmad menekankan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi pemerintah sebagai bagian dari proses yang efisien.
“Karena ketika anda patuh terhadap regulasi pemerintah, anda akan memiliki skema proteksi dari regulasi yang dapat menopang sisi operasional bisnis berjalan secara berkelanjutan,” tukas Ahmad. (*) Steven Widjaja
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More