Jakarta – Potensi kebocoran data tidak hanya membayangi dunia industri atau perusahaan komersil. Institusi atau lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi pun tak luput dari risiko kebocoran data akibat serangan siber. Sebelumnya, kasus kebocoran data mahasiswa sebuah perguruan tinggi mencakup nama, alamat, tanggal lahir, hingga detail foto rumah, pekerjaan dan slip gaji orang tua pernah terjadi.
Keamanan data lembaga pendidikan, mulai dari tingkat paling dasar hingga perguruan tinggi harus menjadi prioritas. Seperti halnya industri telekomunikasi, perbankan, asuransi, ritel dan lain-lain, sektor pendidikan juga tidak luput dari bidikan kejahatan siber.
Baca juga: Waspada! Ini Modus Serangan Siber Teranyar di Indonesia
Hal itu terungkap dalam seminar bertema “Secure Your Data by Preventing Cyber Threats in Learning Environment” yang digelar PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) di Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2023. Menurut Ade Wachyu, Network Group Department Head Multipolar Technology, informasi akademik, data karyawan, data mahasiswa, dan data keuangan perguruan tinggi termasuk data krusial yang harus dijaga. Jangan sampai jatuh ke tangan pihak tidak bertanggungjawab.
“Banyaknya kasus kebocoran data pribadi mahasiswa di ranah digital beberapa waktu lalu memaksa perguruan-perguruan tinggi untuk meningkatkan sistem keamanannya,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu, 16 Agustus 2023.
Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (MLPL) yang berfokus membantu proses automasi perusahaan di berbagai sektor dan industri menawarkan sejumlah solusi untuk mengantisipasi tindak kejahatan siber, salah satunya FortiGate Next-Generation Firewall. Solusi ini diklaim mampu mencegah ancaman siber secara komprehensif. FortiGate Next-Generation Firewall bekerja dengan mengombinasikan fungsi firewall, network device filtering, application control, dan data loss prevention.
“Lembaga pendidikan di era digital saat ini amat perlu menggunakan solusi semacam itu karena banyak pintu yang memungkinkan malware, spam, phishing, dan virus lainnya menyusup ke jaringan internal yang terkoneksi dengan jaringan-jaringan internet dari luar,” tambah Ade.
Risiko serangan siber di perguruan tinggi cukup besar. Bayangkan saja, suatu perguruan tinggi dengan ribuan mahasiswa, dan menggunakan perangkat serta jaringan internet masing-masing, atau bahkan akses internet publik. Bila satu perangkat mahasiswa ada yang terinfeksi malware, bisa saja menjalar ke seluruh jaringan yang ada.
Baca juga: ISEI Ungkap Dampak Ngeri Perkembangan AI, Berpotensi Bocorkan Data Pribadi
Ancaman itu harus dicegah. Pasalnya, mayoritas sekolah dan kampus menaruh semua informasi penting, mulai dari data hingga tugas dan nilai mahasiswa di server jaringan internal kampus. Jika tidak diproteksi, bisa saja data penting itu dicuri.
Sementara Fadhli Pratama, Solutions Specialist Multipolar Technology, memaparkan, FortiGate Next-Generation Firewall didukung FortiManager dan FortiAnalyzer saling terintegrasi membentuk security fabric, sehingga cocok digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan karena mampu memfilter, menganalisis, dan memonitor segala bentuk ancaman siber, termasuk malware dan phishing, khususnya pada keamanan jaringan, sehingga terhindar dari praktik pencurian data seperti kasus-kasus sebelumnya.
Solusi ini juga dapat membatasi akses bandwidth agar sama rata dan menentukan prioritas penggunaan bandwidth ketika siswa atau mahasiswa menggunakan jaringan internet sekolah atau kampus di waktu bersamaan. (*) Ari Astriawan