Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72% di kuartal III-2022. Hal tersebut akan memberikan sentimen positif pada IHSG yang berpotensi berada di level 7.200-7.300 hingga akhir tahun.
Meski begitu, Founder Traderindo, Wahyu Laksono mengatakan bahwa kecenderungan level konsolidasi IHSG masih berada di angka 7.000 dengan didukung oleh sentimen dalam negeri yang kini relatif lebih baik.
“Kenaikan PPN, BBM, suku bunga, semuanya masih wajar dan terantisipasi pasar, kita masih kuat di konsumsi domestik pasca pandemi, ekspor dan data trade balance serta current account kita masih lumayan bagus,” ucap Wahyu kepada Infobanknews dikutip, 7 November 2022.
Ia juga menambahkan, bahwa pada kuartal IV-2022 diprediksi masih akan ada tekanan ke Indonesia, namun tidak akan seburuk di kuartal III-2022.
“Artinya jelang akhir tahun ada potensi membaik atau setidaknya di awal tahun 2023 nanti, Apapun itu IHSG masih cenderung naik beda di cepat atau lambat nya saja” imbuhnya.
Lanjut dia, terkait dengan sentimen global, capital outflow masih belum tentu terjadi. Kemudian yang terkait dengan investasi capital global juga masih mencari alternative investasi yang lebih rendah valuasinya dan baik fundamentalnya.
“Setelah USD terbang, Yen dan GBP anjlok, lalu ada intervensi moneter BOJ dan BOE, Potensi credit risk seperti CS, ancaman krisis eropa, pasar belakangan rebound USD koreksi wallstreet rebound saham CS juga rebound, semuanya sedang di level yang berlebihan dan perlu nafas atau istirahat setidaknya,” ujar Wahyu.
Dengan adanya sentiment global tersebut IHSG masih relative stabil dan lebih baik. Tidak hanya itu, fundamental Indonesia yang masih cukup baik juga karena didukung pada neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juli 2022 secara keseluruhan mencatat surplus USD29,17 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar USD15,95 miliar. (*) Khoirifa