Jakarta – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memandang, melambatnya pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 di bawah 5% yoy menggambarkan semakin beratnya persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2019 kembali melambat, menjadi 4,97% yoy. Capaian pertumbuhan ekonomi ini merupakan yang terendah sejak triwulan IV 2016, di mana pada waktu itu ekonomi tumbuh sebesar 4,94% yoy.
Dengan Iaju pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2019 yang semakin melambat ini, maka secara keseluruhan perekonomian Indonesia pada 2019 hanya tumbuh 5,02% yoy, Iebih rendah dari target APBN 2019 sebesar 5,3% yoy.
“Hadirnya Kabinet baru yang telah bekerja 2 bulan lebih atau 68 hari ternyata belum mampu membuat berbagai gebrakan yang dapat menyulut optimisme perekonomian sehingga realisasi pertumbuhan bisa lebih tinggi,” kata Ekonom Indef Eko Listiyanto di Jakarta, Kamis 6 Febuari 2020.
Eko menyebut, optimisme pebisnis justru kian meredup seiring turunnya Indeks Tendensi Bisnis di Desember 2019 (104,82), setelah sebelumnya di September 2019 sebesar 105,33, dan Juni 2019 sebesar 108,81.
Dirinya menilai, berbagai momentum yang menyertai aktivitas ekonomi triwulan IV 2019 baik itu Natal, Iibur akhir tahun, maupun Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) ternyata tidak mampu mengakselerasi perekonomian.
Indef mendorong Penerintah untuk membuat upaya trobosan yang konkret dari tim ekonomi Kabinet Indonesia Maju untuk membuat laju pertumbuhan ekonomi sesuai target dan ekspektasi masyarakat.
Menururnya, pertumbuhan 5% per tahun tidak cukup untuk Indonesia. Indonesia tidak dapat memacu pertumbuhan tinggi karena lemahnya fundamental ekonomi. Karena struktur pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga secara terus menerus. (*)
Editor: Rezkiana Np