Jakarta – Perekonomian Indonesia diprediksi akan terus bertahan di tengah ancaman resesi dan inflasi global. Fauzi Ichsan Ekonom Senior sekaligus Komisaris Utama Indonesia Financial Group (IFG) mengatakan, para analis memprediksi perekonomian Indonesia berada di kisaran 4,8% pada tahun 2023 dan menurut International Monetary Fund (IMF) sebesar 5%.
Optimisme tersebut dikarenakan Indonesia diuntungkan sebagai negara net eksportir dengan harga komoditas yang tinggi dan inflasi yang relatif rendah.
“Dengan adanya perang Rusia dan Ukraina harga komoditas naik dan sekitar 60% ekspor Indonesia adalah barang komoditas,” ujar Fauzi, dalam seminar “Peluang Pertumbuhan Kredit di Tengah Ancaman Resesi dan Dinamika Politik” yang digelar PEFINDO Biro Kredit IdScore, Kamis, 10 November 2022.
Perekonomian Indonesia yang kuat juga tercermin dari surplus neraca perdagangan pada September 2022 sebesar US$4,99 miliar dan surplus transaksi berjalan sebesar US$3,9 miliar atau 11% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-2022 yang membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, kenaikan harga BBM, inflasi dan Fed Funds Rate memang memicu Bank Indonesia (BI) untuk menaikan suku bunganya. Diprediksi hingga akhir tahun BI7DRR mencapai 5,25% di 2022 dan pada 2023 akan 5,50%.
”Tapi kembali lagi, dengan ekspektasi inflasi mulai turun tahun depan maka ruang kenaikan suku bunga akan terbatas. Inflasi Indonesia di akhir tahun diproyeksikan 2022 dan tahun 2023 diproyeksi sebesar 4,2%. Sehingga, investor global optimis terhadap Indonesia,” ungkapnya. (*)