Sebaliknya, daya tahan dan kemampuan adaptasi yang telah teruji menjadi modal utama bagi UMKM untuk menjadi aktor utama dalam ekonomi digital. Apabila selama ini UMKM kesulitan menempatkan produknya di pasar, pada era ekonomi digital UMKM dapat dengan mudah memasarkan produknya. Tidak hanya di pasar domestik, tapi juga pasar internasional atau setidaknya melintas ke pasar regional ASEAN (cross border). Tentunya pasar digital memerlukan penanganan yang berbeda dengan pasar tradisional. Proses bisnis maupun model bisnis merupakan area utama yang perlu dibenahi.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan UMKM sebelum memasuki ekonomi digital di antaranya ialah kemampuan dan kemauan untuk memahami kebutuhan pelanggan, layanan yang konsisten dengan prosedur layanan yang standar, serta memberikan kesan yang bagus dan memperhatikan umpan balik pelanggan. Penggunaan big data analytics (BDA) dan customer relationship management (CRM) sangat membantu UMKM untuk dapat optimal melayani pelanggan. Sangat naif apabila mengharapkan UMKM menerapkan BDA dan CRM secara mandiri. Kendati demikian, hal tersebut dapat dibantu oleh para stakeholders sehingga UMKM dapat mengetahui kebutuhan pelanggan dan menerapkan strategi yang tepat untuk beroperasi di ekonomi digital.
Semua hal tersebut butuh proses. Perlu langkah pemberdayaan yang tepat. Sering kali kita melihat bahwa pemberdayaan UMKM dilakukan secara parsial dan melibatkan banyak instansi. Hasilnya pun tidak (belum) optimal. Everybody’s business is nobody’s business. Saatnya melangkah bersama secara komprehensif dan integratif sehingga UMKM mampu berjaya pada era ekonomi digital. (*)