Analisis

Ekonomi Digital RI Tumbuh Tercepat di ASEAN, tapi Minat Investor Masih Rendah

Poin Penting

  • Ekonomi digital Indonesia tumbuh double digit dan memimpin ASEAN, terutama melalui video commerce yang melonjak 90% dan menjadi yang terbesar di kawasan.
  • YouTube mendorong lonjakan transaksi video commerce dengan lebih dari 40 juta pengguna aktif yang mencari konten belanja.
  • Meski pasar besar, minat investor masih moderat karena ekosistem dan SDM digital Indonesia dinilai masih dalam tahap perkembangan.

Jakarta - Melalui laporan e-Conomy SEA 2025, Google, Temasek, serta Bain and Company baru saja merilis laporan terbaru mengenai tren ekonomi digital di Asia Tenggara. Dalam laporan itu, ekonomi digital Indonesia terus menunjukkan tren pertumbuhan double digit di semua segmennya.

Secara total, gross merchandise value (GMV) ekonomi digital Indonesia diproyeksi tumbuh 14 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi USD99 miliar di 2025. Pertumbuhan tahunan GMV ekonomi digital Indonesia di 2025 juga menunjukkan peningkatan ketimbang pertumbuhan tahunan sebelumnya, yakni 9 persen pada 2024.

Pertumbuhan GMV ekonomi digital Indonesia bahkan diproyeksi mencapai USD180 miliar sampai USD340 miliar pada 2030. Bila diperinci, segmen e-commerce tumbuh 14 persen secara tahunan ke USD71 miliar di 2025, transportasi dan makanan tumbuh 13 persen ke USD10 miliar, online travel tumbuh 11 persen ke USD9 miliar, dan online media tumbuh 14 persen ke USD9 miliar.

Dari pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tersebut, salah satu sub sektor yang menjadi keunggulan Indonesia adalah video commerce. Country Director Google Indonesia, Veronica Utami mengungkapkan, video commerce Indonesia menempati peringkat nomor satu di Asia Tenggara dalam hal volume transaksi dan pertumbuhannya.

Video commerce sendiri adalah strategi pemasaran digital yang memanfaatkan konten video untuk mempromosikan dan menjual produk atau layanan.

Baca juga: Soroti Daya Saing E-Commerce, Ini Pesan Airlangga ke Mendag

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2025, volume transaksi pada video commerce di Indonesia mencapai USD2,6 miliar di 2025, atau melonjak 90 persen secara tahunan dalam setahun terakhir.

Pertumbuhan volume transaksi video commerce Indonesia ini jauh melampaui negara ASEAN lainnya seperti Thailand 30 persen (USD1,3 miliar), Malaysia 10 persen (USD700 juta), Vietnam 60 persen (USD1,3 miliar), Filipina 35 persen (USD1,2 miliar), dan Singapura 30 persen (USD45 juta).

Video commerce adalah mesin yang sudah mengakselerasi seluruh sektor e-commerce kita. Indonesia adalah leader regional yang tidak terbantahkan untuk sektor ini,” sebut Veronica saat paparan laporan e-Conomy SEA 2025 di Jakarta, Kamis, 13 November 2025.

Lebih jauh, Veronica menerangkan jika peningkatan volume transaksi video commerce di Indonesia didukung oleh peningkatan ekosistem sellers maupun stores yang berkembang sangat pesat, yakni 75 persen secara tahunan dalam setahun terakhir, dengan total jumlah sellers dan stores mencapai sekitar 800 ribu di seluruh Indonesia.

“Di mana fesyen dan aksesori, serta beauty dan personal care ini menjadi kategori utama yang menyumbang hampir 50 persen dari seluruh GMV untuk video commerce,” bebernya.

Sementara itu, secara average order value (AOV), video commerce di Indonesia memiliki AOV sekitar USD4,5 sampai USD6 per order atau per pesanan. Veronica menerangkan, ini berarti AOV Indonesia jauh lebih terjangkau ketimbang AOV se-Asia Tenggara yang berkisar USD12.

“Apa artinya? Apa yang bisa kita simpulkan dari insight ini? Pertama, transaksi dalam video commerce di Indonesia didominasi oleh pembelian kecil, tapi dengan frekuensi atau volume yang sangat tinggi,” ungkap Veronica.

Baca juga: OJK Percepat Transformasi Ekonomi Digital Lewat IFSE 2025

Kedua, ia kembali menerangkan, pertumbuhan video commerce ini juga didominasi oleh kategori-kategori produk yang sangat mengandalkan visualisasi serta demonstrasi produk secara langsung.

Selain itu, pertumbuhan masif dalam video commerce di Indonesia turut didorong oleh niat konsumen yang tinggi atau intensi konsumen yang tinggi, terutama dimulai dari platform YouTube.

e-Conomy SEA 2025 menunjukkan, lebih dari 40 juta logged in users YouTube di Indonesia memiliki pencarian yang terkait dengan shopping atau aktivitas belanja di platform YouTube. Dengan waktu menonton terkait aktivitas belanja meningkat 400 persen lebih dalam setahun terakhir.

“YouTube adalah bagian esensial dari seluruh perjalanan belanja di Indonesia, yang mendorong penemuan dan membangun kepercayaan melalui rekomendasi kreator. Akhirnya, memicu volume transaksi yang masif lewat video commerce ini,” imbuh Veronica.

Page: 1 2

Yulian Saputra

Recent Posts

BRI Bukukan Laba Rp45,44 Triliun per November 2025

Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More

14 hours ago

Jadwal Operasional BCA, BRI, Bank Mandiri, BNI, dan BTN Selama Libur Nataru 2025-2026

Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More

15 hours ago

Bank Jateng Setor Dividen Rp1,12 Triliun ke Pemprov dan 35 Kabupaten/Kota

Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More

16 hours ago

Pendapatan Tak Menentu? Ini Tips Mengatur Keuangan untuk Freelancer

Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More

17 hours ago

Libur Nataru Aman di Jalan, Simak Tips Berkendara Jauh dengan Kendaraan Pribadi

Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More

1 day ago

Muamalat DIN Dukung Momen Liburan Akhir Tahun 2025

Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More

1 day ago